SINOPSIS
NOVEL PEREMPUAN DI TITIK NOL
KARYA
NAWAL EL – SAADAWI
Yuyun Yulyanti*
Novel Perempuan
di Titik Nol adalah novel terjemahan Karya Nawal el - Saadawi dari judul asli Woman at
Point Zero. Diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Yayasan Obor
Indonesia.
Kisah
ini berawal dari seorang dokter yang melakukan penelitian terhadap narapidana
perempuan bernama Firdaus, yang diduga telah melakukan pembunuhan. Firdaus
adalah anak dari seorang petani, hidupnya sangat menderita, rumit dan penuh
konflik. Firdaus yang mengalami
penganiayaan, pelecehan seksual, dan perlakuan tidak wajar baik dari segi fisik
maupun mental oleh banyak laki-laki. Ketika ayah dan ibu Firdaus
meninggal, Firdaus diasuh oleh pamannya dan pindah ke Kairo. Meski pamannya itu
bersikap lebih baik dan lemah lembut daripada ayahnya, tapi sosok paman yang
lemah lembut itu sama seperti lelaki lain. Pamannya pun tidak melewatkan
kesempatan untuk melakukan pelecehan seksual kepadanya. Selanjutnya, Firdaus
disekolahkan di sekolah dasar dan dilanjutkan ke sekolah menengah pertama.
Disitulah ia dapat merasakan bergaul dengan sebayanya. Lulus dari sekolah
menengah dengan nilai terbaik, lalu pamannya menikah dengan seorang gadis anak
dari guru sewaktu ia sekolah di Al Ezhar. Waktu pun terus belalu, lama-kelamaan
sang bibi tersebut kurang suka dengan keberadaan Firdaus di rumahnya. Jadi, ia
berencana untuk mengenalkan Firdaus pada seorang laki-laki yang bernama Syekh
Mahmoud, orang tua yang berumur 60 tahun yang kaya raya dan sangat kikir
disertai dengan adanya bisul disekitar wajahnya. Untuk membalas budi sang
paman, Firdaus pun menerima pinangan dari Syekh Mahmoud tersebut walau umurnya
waktu itu adalah 18 tahun. Firdaus pun harus melayani lelaki dengan wajahnya
yang penuh bisul itu dengan setengah hati. Namun lama-kelamaan Firdaus pun tak
tahan dan kemudian melarikan diri. Hal itu disebabkan Firdaus seringkali
mendapatkan perlakuan yang menyakiti fisiknya. Firdaus pun melarikan
diri dari rumah karena tidak mendapatkan rasa aman. Penganiayaan dari segi fisik
seringkali dia alami. Pernah dia pulang ke rumah pamannya namun oleh istri
pamannya di usir dan di suruh kembali kepada suaminya yang renta itu. Inilah awal mula dia menjadi wanita jalanan.
Awal mulanya Firdaus bertemu dengan lelaki
yang bernama Bayoumi. Awalnya ia mengira lelaki yang bernama Bayoumi adalah
seorang laki-laki yang baik, namun ternyata tidak demikian. Firdaus berharap
Bayoumi bisa memberikan pekerjaan dari ijazah yang dimilikinya. Bayoumi lalu
mengajak Firdaus untuk tinggal satu rumah. Bayoumi pun tidak ketinggalan untuk
merasakan nikmatnya tubuh Firdaus bersama teman-temannya. Bayoumi lah yang
membawa Firdaus pada suatu profesi yang disebut pelacur.
Kemudian, ia bertemu dengan seorang
perempuan cantik yang bernama Sharifa yang ternyata tak lebih dari seorang
germo. Namun, berkat perempuan itu Firdaus lebih mengenal lagi tentang dunia
pelacuran dan mengetahui bahwa ia memiliki tubuh dengan harga diri yang tinggi,
disitu Firdaus merasakan kenikmatan dunia. Karena adanya konflik antara Sharifa
dan Fawzi (pacar Sharifa) yang ingin memperistri Firdaus. Firdaus pun kembali
melarikan diri. Di jalan ia di ajak oleh seseorang untuk masuk kedalam mobil
dan dibawa ke hotel. Setelah melakukan persetubuhan Firdaus di beri uang
sebesar 10 pons. Jalan hidup membawa Firdaus menjadi seorang pelacur mandiri
dan berharga. Ia bisa membeli apapun yang ia inginkan, ia bisa berdandan
cantik, dan yang paling penting ia bisa memilih dengan siapa ia akan tidur.
Akan tetapi nasib baik belum juga bersahabat dengannya. Ketika itu, Firdaus
sedang merasakan frustasi karena ia tidak merasa nyaman dan tenang saat ia
menekuni pekerjaannya sebagai seorang pelacur akibat perbincanganya dengan
seorang lelaki yang menjadi tamunya, Di’aa. Lalu ia sempat beralih profesi
menjadi pegawai kantoran selama 3 tahun. Disana dia bertemu dan bisa merasakan
rasanya jatuh cinta pada teman kerjanya, bernama Ibrahim. Akan tetapi, tetap
saja lelaki itu hanya menyukai dan menginginkan kenikmatan tubuh perempuan.
Bahkan perempuan adalah pelacur dalam hidup seorang lelaki, karena setelah
menjadi istri pun wanita masih menjadi pelacur. Hal yang membedakannya adalah
ketika sudah berumah tangga wanita merasa pasrah, tidak dibayar, dan memakai
cinta dalam persetubuhannya. Sedangkan pelacur jalanan dibayar dan tidak
memakai cinta dalam hubungannya.
Akhirnya, Firdaus pun menekuni
profesinya kembali sebagai seorang pelacur, hingga seorang germo memaksa
Firdaus bekerja untuknya. Ternyata dari pengalamannya selama ini, Firdaus pun
sadar dan menjadi perempuan yang tak mau lagi di injak-injak harga dirinya oleh
kaum pria. Namun karena sang germo bernama Marzouk, memaksa dan mengancamnya,
Firdaus pun memegang sebilah pisau dan menghujamkan beberapa tusukan, sehingga akhirnya
ia membunuh sang germo. Setelah peristiwa tersebut, ia diajak oleh pangeran
Arab untuk tidur bersamanya, namun Firdaus pun melakukan pemberontakkan dan
mengancam kepada pangeran Arab tersebut yang akhirnya Firdaus dimasukan ke
penjara. Akibat ulahnya itu, Firdaus pun di vonis hukuman mati. Namun dia
menolak menerima grasi yang telah diusulkan oleh seorang dokter penjaranya
kepada presiden. Firdaus menggunakan kepasifan sebagai senjata perlawanan untuk
mempertahankan harga dirinya, termasuk kepasifan menerima hukuman mati. Menurut
Firdaus, vonis itu justru merupakan satu-satunya jalan menuju kebebasan sejati.
*Mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar