Arsip Blog

Minggu, 08 November 2015

SINOPSIS NOVEL PEREMPUAN DI TITIK NOL KARYA NAWAL EL – SAADAWI


SINOPSIS NOVEL PEREMPUAN DI TITIK NOL
KARYA NAWAL EL – SAADAWI
Yuyun Yulyanti*
Novel Perempuan di Titik Nol adalah novel terjemahan Karya Nawal el -  Saadawi dari judul asli Woman at Point Zero. Diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Yayasan Obor Indonesia.
Kisah ini berawal dari seorang dokter yang melakukan penelitian terhadap narapidana perempuan bernama Firdaus, yang diduga telah melakukan pembunuhan. Firdaus adalah anak dari seorang petani, hidupnya sangat menderita, rumit dan penuh konflik. Firdaus yang mengalami penganiayaan, pelecehan seksual, dan perlakuan tidak wajar baik dari segi fisik maupun mental oleh banyak laki-laki. Ketika ayah dan ibu Firdaus meninggal, Firdaus diasuh oleh pamannya dan pindah ke Kairo. Meski pamannya itu bersikap lebih baik dan lemah lembut daripada ayahnya, tapi sosok paman yang lemah lembut itu sama seperti lelaki lain. Pamannya pun tidak melewatkan kesempatan untuk melakukan pelecehan seksual kepadanya. Selanjutnya, Firdaus disekolahkan di sekolah dasar dan dilanjutkan ke sekolah menengah pertama. Disitulah ia dapat merasakan bergaul dengan sebayanya. Lulus dari sekolah menengah dengan nilai terbaik, lalu pamannya menikah dengan seorang gadis anak dari guru sewaktu ia sekolah di Al Ezhar. Waktu pun terus belalu, lama-kelamaan sang bibi tersebut kurang suka dengan keberadaan Firdaus di rumahnya. Jadi, ia berencana untuk mengenalkan Firdaus pada seorang laki-laki yang bernama Syekh Mahmoud, orang tua yang berumur 60 tahun yang kaya raya dan sangat kikir disertai dengan adanya bisul disekitar wajahnya. Untuk membalas budi sang paman, Firdaus pun menerima pinangan dari Syekh Mahmoud tersebut walau umurnya waktu itu adalah 18 tahun. Firdaus pun harus melayani lelaki dengan wajahnya yang penuh bisul itu dengan setengah hati. Namun lama-kelamaan Firdaus pun tak tahan dan kemudian melarikan diri. Hal itu disebabkan Firdaus seringkali mendapatkan perlakuan yang menyakiti fisiknya. Firdaus pun melarikan diri dari rumah karena tidak mendapatkan rasa aman. Penganiayaan dari segi fisik seringkali dia alami. Pernah dia pulang ke rumah pamannya namun oleh istri pamannya di usir dan di suruh kembali kepada suaminya yang renta itu. Inilah awal mula dia menjadi wanita jalanan.
 Awal mulanya Firdaus bertemu dengan lelaki yang bernama Bayoumi. Awalnya ia mengira lelaki yang bernama Bayoumi adalah seorang laki-laki yang baik, namun ternyata tidak demikian. Firdaus berharap Bayoumi bisa memberikan pekerjaan dari ijazah yang dimilikinya. Bayoumi lalu mengajak Firdaus untuk tinggal satu rumah. Bayoumi pun tidak ketinggalan untuk merasakan nikmatnya tubuh Firdaus bersama teman-temannya. Bayoumi lah yang membawa Firdaus pada suatu profesi yang disebut pelacur.
Kemudian, ia bertemu dengan seorang perempuan cantik yang bernama Sharifa yang ternyata tak lebih dari seorang germo. Namun, berkat perempuan itu Firdaus lebih mengenal lagi tentang dunia pelacuran dan mengetahui bahwa ia memiliki tubuh dengan harga diri yang tinggi, disitu Firdaus merasakan kenikmatan dunia. Karena adanya konflik antara Sharifa dan Fawzi (pacar Sharifa) yang ingin memperistri Firdaus. Firdaus pun kembali melarikan diri. Di jalan ia di ajak oleh seseorang untuk masuk kedalam mobil dan dibawa ke hotel. Setelah melakukan persetubuhan Firdaus di beri uang sebesar 10 pons. Jalan hidup membawa Firdaus menjadi seorang pelacur mandiri dan berharga. Ia bisa membeli apapun yang ia inginkan, ia bisa berdandan cantik, dan yang paling penting ia bisa memilih dengan siapa ia akan tidur. Akan tetapi nasib baik belum juga bersahabat dengannya. Ketika itu, Firdaus sedang merasakan frustasi karena ia tidak merasa nyaman dan tenang saat ia menekuni pekerjaannya sebagai seorang pelacur akibat perbincanganya dengan seorang lelaki yang menjadi tamunya, Di’aa. Lalu ia sempat beralih profesi menjadi pegawai kantoran selama 3 tahun. Disana dia bertemu dan bisa merasakan rasanya jatuh cinta pada teman kerjanya, bernama Ibrahim. Akan tetapi, tetap saja lelaki itu hanya menyukai dan menginginkan kenikmatan tubuh perempuan. Bahkan perempuan adalah pelacur dalam hidup seorang lelaki, karena setelah menjadi istri pun wanita masih menjadi pelacur. Hal yang membedakannya adalah ketika sudah berumah tangga wanita merasa pasrah, tidak dibayar, dan memakai cinta dalam persetubuhannya. Sedangkan pelacur jalanan dibayar dan tidak memakai cinta dalam hubungannya.
Akhirnya, Firdaus pun menekuni profesinya kembali sebagai seorang pelacur, hingga seorang germo memaksa Firdaus bekerja untuknya. Ternyata dari pengalamannya selama ini, Firdaus pun sadar dan menjadi perempuan yang tak mau lagi di injak-injak harga dirinya oleh kaum pria. Namun karena sang germo bernama Marzouk, memaksa dan mengancamnya, Firdaus pun memegang sebilah pisau dan menghujamkan beberapa tusukan, sehingga akhirnya ia membunuh sang germo. Setelah peristiwa tersebut, ia diajak oleh pangeran Arab untuk tidur bersamanya, namun Firdaus pun melakukan pemberontakkan dan mengancam kepada pangeran Arab tersebut yang akhirnya Firdaus dimasukan ke penjara. Akibat ulahnya itu, Firdaus pun di vonis hukuman mati. Namun dia menolak menerima grasi yang telah diusulkan oleh seorang dokter penjaranya kepada presiden. Firdaus menggunakan kepasifan sebagai senjata perlawanan untuk mempertahankan harga dirinya, termasuk kepasifan menerima hukuman mati. Menurut Firdaus, vonis itu justru merupakan satu-satunya jalan menuju kebebasan sejati.

*Mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar