Arsip Blog

Minggu, 08 November 2015

Resensi Novel Negeri 5 Menara


PENDAHULUAN
Judul                           : Negeri 5 Menara
Penulis                         : Ahmad Fuadi
Penerbit                       : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit                : 2009
Tebal Buku                  : 416 halaman
ISBN                           : 978-979-22-4861-6
Penghargaan                : 1. Anugerah Pembaca Indonesia 2010
2. Nominasi Khatulistiwa Literary Award 2010
3. Buku Fiksi Terbaik, Perputakaan Nasional Indonesia 2011.
Tentang Penulis
            Ahmad Fuadi lahir di Bayur Maninjau, Sumatera Barat, 30 Desember 1972 adalah seorang novelis, pekerja sosial dan mantan wartawan dari Indonesia. Memulai pendidikan menengahnya di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo dan lulus tahun 1992. Melanjutkan kuliah Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran, setelah lulus menjadi wartawan Tempo. Tahun 1998, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University. Tahun 2004 mendapat beasiswa kembali di Royal Holloway, University of London. Adapun Karya Ahmad Fuadi adalah Negeri 5 Menara (2009), Ranah 3 Warna (2011), dan Rantau 1 Muara (2013).
RINGKASAN
Novel Negeri 5 Menara merupakan novel pertama dari trilogi novel karya Ahmad Fuadi lainnya. Novel ini menceritakan kehidupan seorang tokoh bernama Alif Fikri yang berasal dari Maninjau, Sumatera Barat. Kehidupan keluarga Alif yang kental dengan ajaran agama Islam menuntutnya untuk melanjutkan pendidikan ke pesantren. Hal ini tidak sejalan dengan impian Alif yang ingin melanjutkan ke SMA Bukittinggi setelah lulus dari Madrasah Tsanawiyah, seperti yang ia rencanakan dengan Randai, sahabatnya. Alif merasa sangat kecewa dengan keputusan Amak yang menuntutnya untuk masuk pesantren yang pikirnya hanya belajar ilmu agama dan itu sangat tidak menarik bagi Alif, sebab ia ingin melanjutkan ke SMA dan mengikuti jejak tokoh idolanya, B.J. Habibie yang kuliah di ITB. Akan tetapi, Amak ingin Alif mengikuti jejak Buya Hamka, pemuka agama yang tersohor di Minangkabau. Amak ingin mengubah anggapan bahwa pesantren bukanlah sekolah bagi anak-anak nakal atau yang tidak diterima di sekolah negeri, tetapi pesantren adalah tempat terbaik untuk menuntut ilmu demi tugas mulia dunia dan akhirat. Ketika kebimbangan menyelimuti hari-harinya, Alif mendapat dukungan dari Pak Etek Gindo, pamannya yang sedang belajar di Mesir untuk belajar di Pondok Madani (PM), Jawa Timur. Atas usulan pamannya tersebut, Alif memutuskan untuk mengikuti perintah Amak melanjutkan ke pesantren sesuai dengan pesantren usulan pamannya.
Keputusan Alif belajar di Pondok Madani menjadi awal perubahan kehidupannya. Alif yang diceritakan sebagai anak yang pandai membuatnya dinyatakan lulus masuk pesantren tersebut melalui persaingan yang ketat. Pondok Madani ini memberikan banyak pengalaman berharga bagi Alif, termasuk kehidupan Pondok Madani yang sangat disiplin dan teratur dalam segala hal. Dia juga bertemu dengan teman-teman baru dari berbagai daerah seperti,  Said (Surabaya), Baso (Gowa), Raja (Medan), Dulmajid (Madura), dan Atang (Bandung). Perasahabatan mereka yang dikenal dengan Sahibul Menara tersebut memberikan warna bagi kehidupan Alif di pesantren. Alif mendapatkan pelajaran yang begitu bermakna dari Pondok Madani, meskipun Alif masih memiliki keinginan untuk melanjutkan ke SMA. Man jadda wajada, menjadi kalimat pertama yang dapat meyakinkan hatinya untuk bertahan di Pondok Madani dan menemukan impian dalam hidupnya. Setelah 4 tahun belajar di Pondok Madani dengan penuh perjuangan, Alif dinyatakan lulus, begitu pula dengan sahabat-sahabatnya. Akhir cerita, Alif mencapai impiannya untuk belajar dan bekerja di negara superpower, Amerika Serikat.
PEMBAHASAN
Negeri 5 Menara menjadi judul yang sangat menarik, membuat perbedaan pembaca dalam menafsirkan judul tersebut sebelum membaca ceritanya. Enam sahabat yang senantiasa menyatakan impiannya di samping menara Pondok Madani untuk mewujudkan mimpi mereka ke tempat menara-menara itu ada (Arab Saudi, Mesir, Eropa, Amerika, dan Indonesia), sehingga mereka dijuluki sebagai Sahibul Menara (pemilik menara). Tema pendidikan dan religi yang diangkat dari novel tersebut memberikan pemahaman tentang pandangan masyarakat terhadap adanya sekolah agama atau pesantren. Umumnya, banyak masyarakat yang beranggapan bahwa pesantren menjadi sekolah bagi anak-anak dengan moral yang kurang baik di masyarakat sehingga pesantren yang mengutamankan pendidikan agama dirasa menjadi tempat yang tepat bagi mereka. Begitu pula pandangan masyarakat yang menjadikan pesantren sebagai sekolah pilihan kedua apabila anaknya tidak diterima di sekolah negeri, atau alasan orangtua yang sibuk dengan pekerjaannya sehinga tak ada waktu untuk mendidik anaknya sehingga menitipkan anaknya ke pesantren. Fenomena tersebut diluruskan kembali dalam novel tersebut melalui tokoh Amak dengan prinsipnya bahwa pesantren itu tempat lahirnya pemimpin agama dan mereka yang masuk ke pesantren adalah orang-orang pilihan dengan kualitas tinggi.
Kehadiran tokoh-tokoh dalam novel tersebut sangat mendukung cerita, dengan tujuan utama para tokoh untuk belajar di pesantren, terutama tokoh Alif sebagai tokoh utama dan tokoh berkembang karena peristiwa yang terjadi memengaruhi kehidupannya dalam mencapai impian yang membuktikan bahwa dia sukses setelah belajar di Pondok Madani, tampat yang dulu tak diinginkannya. Latar tempat Pondok Madani yang dikenal sebagai Pondok Modern Gontor, Jawa Timur merupakan pondok pesantren yang memilki kualitas yang bagus, sehingga dalam novelpun terdapat cerita seleksi masuk pesantren tersebut karena ribuan peserta yang daftar. Sistem pendidikan yang berbeda dengan sekolah pada umumnya, Pondok Madani menerapkan disiplin tinggi bagi murid-muridnya dan peraturan pesantren yang harus ditaati. Adanya sosok Kiai Rais dan ustaz lainnya menjadi panutan yang senantiasa menerapkan dan mengajarkan petuah serta ilmu ikhlas yang harus dimiliki setiap murid.
Kehidupan pesantren sangat mendominasi cerita, hal ini memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa di pondok pesantren tidak hanya belajar ilmu agama, tetapi bahasa, seni, olahragapun dipelajari. Ilmu agama senatiasa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan kepemimpinan menjadi unsur penting dalam kehidupan Pondok Madani. Bagian awal novel menceritakan kehidupan Alif saat ini, selanjutnya cerita masa lalu Alif, dan kembali lagi pada kehidupan Alif dan sahabat-sahabatnya saat ini. Rangakaian cerita tersebut memberikan kemudahan bagi pembaca dalam mengikuti perkembangan kehidupan para tokoh. Cerita tersebut menggunkan sudut pandang First-Person-Central atau sudut pandang orang pertama sentral, pengarang berada di dalam cerita menjadi tokoh Alif. Umumnya, bahasa Arab dan Inggris sering dijumpai dalam novel, hal ini sesuai dengan cerita bahwa Pondok Madani menerapkan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa utama para murid, sehingga beberapa dialog dalam novel menggunakan kedua bahasa tersebut.
Novel ini memiliki keunggulan yang disajikan, penggunaan bahasa yang ringan membuat pembaca dengan mudah memahami cerita tersebut sehingga pesan dari pengarang dapat tersampaikan pada pembaca. Adanya motivasi yang dituliskan secara langsung maupun dari dialog tokoh yang memberikan pengaruh postif bagi pikiran pembaca. Keberhasilan pengarang untuk menyampaikan sesuatu dengan humoris dan memberikan ketegangan bagi pembaca pada bagian tertentu membuat cerita sangat menarik. Selain memiliki keunggulan, ada juga kekurangan di dalamnya yaitu, beberapa peristiwa yang sedang terjadi belum diceritakan secara tuntas, tetapi sudah berganti ke peristiwa lain, kemudian dilanjut kembali di bagian yang berbeda, hal ini terkadang membuat bingung pembaca.
KESIMPULAN
Negeri 5 Menara menjadi novel yang sarat makna tentang pendidikan dan Islam. Cerita yang memberikan pemahaman akan konsep atau sistem pendidikan dalam pesantren memberikan jawaban bagi masyarakat terhadap pandangan-pandangan buruk yang ada. Novel ini bisa dibaca oleh semua kalangan, karena pesan moral yang terdapat di dalamnya memberikan motivasi tinggi bagi pembaca untuk memperbaiki diri dalam kehidupan dan membangkitkan semangat dalam meraih impian.
Sumber:
Fuadi, Ahmad. (2009). Negeri 5 Menara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wikipedia. (2015). Ahmad Fuadi. (daring). Tersedia di: http//id.m.wikipedia.org./wiki/Ahmad_Fuadi. [Diakses 19 Desember 2015].

BIODATA
Yuyun Yulyanti Lahir di Indramayu, 20 Juli 1995. Tercatat sebagai Mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Alamat: Jalan Sersan Surip, No. 163, RT/RW: 04/04, Ledeng, Kecamatan Cidadap, Bandung. Penulis dapat dihubungi di alamat email: yuyunyly@yahoo.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar