Arsip Blog

Minggu, 08 November 2015

Resensi Novel Negeri 5 Menara


PENDAHULUAN
Judul                           : Negeri 5 Menara
Penulis                         : Ahmad Fuadi
Penerbit                       : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit                : 2009
Tebal Buku                  : 416 halaman
ISBN                           : 978-979-22-4861-6
Penghargaan                : 1. Anugerah Pembaca Indonesia 2010
2. Nominasi Khatulistiwa Literary Award 2010
3. Buku Fiksi Terbaik, Perputakaan Nasional Indonesia 2011.
Tentang Penulis
            Ahmad Fuadi lahir di Bayur Maninjau, Sumatera Barat, 30 Desember 1972 adalah seorang novelis, pekerja sosial dan mantan wartawan dari Indonesia. Memulai pendidikan menengahnya di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo dan lulus tahun 1992. Melanjutkan kuliah Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran, setelah lulus menjadi wartawan Tempo. Tahun 1998, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University. Tahun 2004 mendapat beasiswa kembali di Royal Holloway, University of London. Adapun Karya Ahmad Fuadi adalah Negeri 5 Menara (2009), Ranah 3 Warna (2011), dan Rantau 1 Muara (2013).
RINGKASAN
Novel Negeri 5 Menara merupakan novel pertama dari trilogi novel karya Ahmad Fuadi lainnya. Novel ini menceritakan kehidupan seorang tokoh bernama Alif Fikri yang berasal dari Maninjau, Sumatera Barat. Kehidupan keluarga Alif yang kental dengan ajaran agama Islam menuntutnya untuk melanjutkan pendidikan ke pesantren. Hal ini tidak sejalan dengan impian Alif yang ingin melanjutkan ke SMA Bukittinggi setelah lulus dari Madrasah Tsanawiyah, seperti yang ia rencanakan dengan Randai, sahabatnya. Alif merasa sangat kecewa dengan keputusan Amak yang menuntutnya untuk masuk pesantren yang pikirnya hanya belajar ilmu agama dan itu sangat tidak menarik bagi Alif, sebab ia ingin melanjutkan ke SMA dan mengikuti jejak tokoh idolanya, B.J. Habibie yang kuliah di ITB. Akan tetapi, Amak ingin Alif mengikuti jejak Buya Hamka, pemuka agama yang tersohor di Minangkabau. Amak ingin mengubah anggapan bahwa pesantren bukanlah sekolah bagi anak-anak nakal atau yang tidak diterima di sekolah negeri, tetapi pesantren adalah tempat terbaik untuk menuntut ilmu demi tugas mulia dunia dan akhirat. Ketika kebimbangan menyelimuti hari-harinya, Alif mendapat dukungan dari Pak Etek Gindo, pamannya yang sedang belajar di Mesir untuk belajar di Pondok Madani (PM), Jawa Timur. Atas usulan pamannya tersebut, Alif memutuskan untuk mengikuti perintah Amak melanjutkan ke pesantren sesuai dengan pesantren usulan pamannya.
Keputusan Alif belajar di Pondok Madani menjadi awal perubahan kehidupannya. Alif yang diceritakan sebagai anak yang pandai membuatnya dinyatakan lulus masuk pesantren tersebut melalui persaingan yang ketat. Pondok Madani ini memberikan banyak pengalaman berharga bagi Alif, termasuk kehidupan Pondok Madani yang sangat disiplin dan teratur dalam segala hal. Dia juga bertemu dengan teman-teman baru dari berbagai daerah seperti,  Said (Surabaya), Baso (Gowa), Raja (Medan), Dulmajid (Madura), dan Atang (Bandung). Perasahabatan mereka yang dikenal dengan Sahibul Menara tersebut memberikan warna bagi kehidupan Alif di pesantren. Alif mendapatkan pelajaran yang begitu bermakna dari Pondok Madani, meskipun Alif masih memiliki keinginan untuk melanjutkan ke SMA. Man jadda wajada, menjadi kalimat pertama yang dapat meyakinkan hatinya untuk bertahan di Pondok Madani dan menemukan impian dalam hidupnya. Setelah 4 tahun belajar di Pondok Madani dengan penuh perjuangan, Alif dinyatakan lulus, begitu pula dengan sahabat-sahabatnya. Akhir cerita, Alif mencapai impiannya untuk belajar dan bekerja di negara superpower, Amerika Serikat.
PEMBAHASAN
Negeri 5 Menara menjadi judul yang sangat menarik, membuat perbedaan pembaca dalam menafsirkan judul tersebut sebelum membaca ceritanya. Enam sahabat yang senantiasa menyatakan impiannya di samping menara Pondok Madani untuk mewujudkan mimpi mereka ke tempat menara-menara itu ada (Arab Saudi, Mesir, Eropa, Amerika, dan Indonesia), sehingga mereka dijuluki sebagai Sahibul Menara (pemilik menara). Tema pendidikan dan religi yang diangkat dari novel tersebut memberikan pemahaman tentang pandangan masyarakat terhadap adanya sekolah agama atau pesantren. Umumnya, banyak masyarakat yang beranggapan bahwa pesantren menjadi sekolah bagi anak-anak dengan moral yang kurang baik di masyarakat sehingga pesantren yang mengutamankan pendidikan agama dirasa menjadi tempat yang tepat bagi mereka. Begitu pula pandangan masyarakat yang menjadikan pesantren sebagai sekolah pilihan kedua apabila anaknya tidak diterima di sekolah negeri, atau alasan orangtua yang sibuk dengan pekerjaannya sehinga tak ada waktu untuk mendidik anaknya sehingga menitipkan anaknya ke pesantren. Fenomena tersebut diluruskan kembali dalam novel tersebut melalui tokoh Amak dengan prinsipnya bahwa pesantren itu tempat lahirnya pemimpin agama dan mereka yang masuk ke pesantren adalah orang-orang pilihan dengan kualitas tinggi.
Kehadiran tokoh-tokoh dalam novel tersebut sangat mendukung cerita, dengan tujuan utama para tokoh untuk belajar di pesantren, terutama tokoh Alif sebagai tokoh utama dan tokoh berkembang karena peristiwa yang terjadi memengaruhi kehidupannya dalam mencapai impian yang membuktikan bahwa dia sukses setelah belajar di Pondok Madani, tampat yang dulu tak diinginkannya. Latar tempat Pondok Madani yang dikenal sebagai Pondok Modern Gontor, Jawa Timur merupakan pondok pesantren yang memilki kualitas yang bagus, sehingga dalam novelpun terdapat cerita seleksi masuk pesantren tersebut karena ribuan peserta yang daftar. Sistem pendidikan yang berbeda dengan sekolah pada umumnya, Pondok Madani menerapkan disiplin tinggi bagi murid-muridnya dan peraturan pesantren yang harus ditaati. Adanya sosok Kiai Rais dan ustaz lainnya menjadi panutan yang senantiasa menerapkan dan mengajarkan petuah serta ilmu ikhlas yang harus dimiliki setiap murid.
Kehidupan pesantren sangat mendominasi cerita, hal ini memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa di pondok pesantren tidak hanya belajar ilmu agama, tetapi bahasa, seni, olahragapun dipelajari. Ilmu agama senatiasa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan kepemimpinan menjadi unsur penting dalam kehidupan Pondok Madani. Bagian awal novel menceritakan kehidupan Alif saat ini, selanjutnya cerita masa lalu Alif, dan kembali lagi pada kehidupan Alif dan sahabat-sahabatnya saat ini. Rangakaian cerita tersebut memberikan kemudahan bagi pembaca dalam mengikuti perkembangan kehidupan para tokoh. Cerita tersebut menggunkan sudut pandang First-Person-Central atau sudut pandang orang pertama sentral, pengarang berada di dalam cerita menjadi tokoh Alif. Umumnya, bahasa Arab dan Inggris sering dijumpai dalam novel, hal ini sesuai dengan cerita bahwa Pondok Madani menerapkan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa utama para murid, sehingga beberapa dialog dalam novel menggunakan kedua bahasa tersebut.
Novel ini memiliki keunggulan yang disajikan, penggunaan bahasa yang ringan membuat pembaca dengan mudah memahami cerita tersebut sehingga pesan dari pengarang dapat tersampaikan pada pembaca. Adanya motivasi yang dituliskan secara langsung maupun dari dialog tokoh yang memberikan pengaruh postif bagi pikiran pembaca. Keberhasilan pengarang untuk menyampaikan sesuatu dengan humoris dan memberikan ketegangan bagi pembaca pada bagian tertentu membuat cerita sangat menarik. Selain memiliki keunggulan, ada juga kekurangan di dalamnya yaitu, beberapa peristiwa yang sedang terjadi belum diceritakan secara tuntas, tetapi sudah berganti ke peristiwa lain, kemudian dilanjut kembali di bagian yang berbeda, hal ini terkadang membuat bingung pembaca.
KESIMPULAN
Negeri 5 Menara menjadi novel yang sarat makna tentang pendidikan dan Islam. Cerita yang memberikan pemahaman akan konsep atau sistem pendidikan dalam pesantren memberikan jawaban bagi masyarakat terhadap pandangan-pandangan buruk yang ada. Novel ini bisa dibaca oleh semua kalangan, karena pesan moral yang terdapat di dalamnya memberikan motivasi tinggi bagi pembaca untuk memperbaiki diri dalam kehidupan dan membangkitkan semangat dalam meraih impian.
Sumber:
Fuadi, Ahmad. (2009). Negeri 5 Menara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wikipedia. (2015). Ahmad Fuadi. (daring). Tersedia di: http//id.m.wikipedia.org./wiki/Ahmad_Fuadi. [Diakses 19 Desember 2015].

BIODATA
Yuyun Yulyanti Lahir di Indramayu, 20 Juli 1995. Tercatat sebagai Mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Alamat: Jalan Sersan Surip, No. 163, RT/RW: 04/04, Ledeng, Kecamatan Cidadap, Bandung. Penulis dapat dihubungi di alamat email: yuyunyly@yahoo.com.

OPTIMALISASI BATIK SEBAGAI USAHA KREATIF DARI BUDAYA LOKAL MENUJU PERSAINGAN INTERNASIONAL


OPTIMALISASI BATIK SEBAGAI USAHA KREATIF DARI BUDAYA LOKAL MENUJU PERSAINGAN INTERNASIONAL
Yuyun Yulyanti
UNIVERSITAS PENDIDIKAN IDONESIA
PENDAHULUAN
            Ragam budaya yang dimiliki Indonesia menjadi aset kekayaan bagi bangsa. Letak geografis Indonesia sebagai negara kepulauan menyebabkan Indonesia memiliki banyak kebudayaan daerah yang harus dilestarikan keberadaannya. Kebudayaan Indonesia sebagai warisan leluhur bangsa tersebut memiliki berbagai macam, seperti bahasa, tari-tarian, alat musik tradisional, makanan, seni pertunjukkan, seni arsitektur/bangunan, kerajinan tangan, dan lain-lain. Kebudayaan Indonesia tersebut tentu memiliki nilai filosofis terhadap perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia karena antara masyarakat dan kebudayaan tentu tak dapat dipisahkan. Ragam budaya yang dimiliki Indonesia membuktikan betapa berpotensinya masyarakat (sumber daya manusia) Indonesia untuk membuktikan kemampuan dan kreativitasnya dari negara lainnya.
            Salah satu hasil kerajinan tangan asli yang dimiliki Indonesia adalah batik. Batik menjadi ciri khas bagi bangsa Indonesia di mata dunia setelah batik resmi memiliki hak paten dan dinyatakan oleh UNESCO sebagai kebudayaan asli Indonesia, seperti pada pernyataan berikut, Batik Indonesia secara resmi diakui UNESCO dengan dimasukkan ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) dalam Sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah (Fourth Session of the Intergovernmental Committee) tentang Warisan Budaya Tak-benda di Abu Dhabi. (Surya, 2009, antaranews.com). Pernyataan tersebut menjadi kabar baik bagi bangsa Indonesia setelah tersebar berita tentang pengakuan kebudayaan Indonesia oleh negara lain. Dalam hal ini, pemerintah mengambil tindakan yang serius untuk menjaga kearifan lokal bangsa Indonesia.
            Di Indonesia, batik tidak hanya sebatas potongan kain yang biasa dipakai pelengkap baju kebaya bagi kaum perempuan, batik juga tidak hanya digunakan sebagai pakaian resmi yang biasa dipakai saat kegiatan formal seperti sekolah dan acara lainnya. Batik menjadi sebuah gaya (style), berkembang menjadi fashion yang memiliki daya tarik tersendiri di masyarakat, sehingga batik menguasai segala aspek melalui modifikasi dan inovasi serba-serbi batik, seperti tas, sepatu, sandal, kerudung, mukena, seprai, tikar, gorden, dan lain-lain. Umumnya, pengguna batik dari anak kecil hingga orang tua sehinga sasaran pengguna batik menjadi lebih luas. Seni batik merupakan salah satu kebudayaan lokal yang telah mengakar di seluruh kalangan masyarakat Indonesia. Bila awalnya kerajinan batik hanya berkembang di tanah Jawa, sekarang ini hampir semua daerah di Indonesia memiliki kreasi batik dengan corak dan model yang beragam. Mulai dari batik Yogyakarta, batik Solo, batik Pekalongan, batik Semarang, batik Cirebon, batik Tasik, batik Jambi, hingga batik Bengkulu, semuanya memiliki corak yang berbeda-beda sesuai dengan ciri khas daerah masing-masing. (BisnisUKM.com, 2013). Keindahan batik memang sangat memukau, sehingga batik Indonesia dapat  menembus pasar internasional, sehingga Kementerian Perindustrian RI bekerja sama dengan Japan External Trade Organization (Jetro). Hal ini untuk memamerkan produk tersebut dalam Tokyo Fashion Week pada Januari 2013. (Griyawisata.com, 2012). Batik memiliki potensi yang sangat besar untuk bersaing dengan negara lainnya.
Kondisi objektif terkait dunia perekonomian Indonesia dihadapkan pada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau dikenal dengan pasar bebas ASEAN. Menghadapi kondisi tersebut sumber daya masyarakat dalam bidang industri dan bidang-bidang lainnya harus ditingkatkan sehingga mampu bersaing dengan negara lainnya. Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat. (BBC, 2014, BBC.com). Setelah pasar bebas ASEAN diberlakukan akhir 2015, Indonesia juga harus bersiap menghadapi pasar bebas Asia Pasifik 2025. Tidak hanya bersaing dengan negara-negara seperti Malaysia dan Singapura, Indonesia juga harus bersaing dengan Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, hingga Australia dan Selandia Baru. (Nurhayat, 2014, detik.com). Batik sebagai kebudayaan Indonesia yang memiliki potensi untuk bersaing di Internasional, diharapkan mampu memberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia melalui kegiatan industri batik.
PEMBAHASAN
Batik sebagai produk kreatif kerajinan masyarakat Indonesia memiliki peluang usaha yang baik. Adanya inovasi-inovasi yang dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan usaha batik yang dapat menyentuh seluruh aspek dalam dunia fashion. Pembaharuan tersebut untuk megoptimalkan potensi batik yang begitu kuat dalam pasar sehingga mampu bersaing dengan produk-produk lainnya. Peluang yang besar tersebut seharusnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai usaha yang mampu bersaing di pasar. Berdasarkan hal tersebut, produksi batik meningkat dan industri batik di masyarakat menjadi industri utama, seperti pernyataan berikut, semenjak diakui Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO), produksi batik nasional meningkat hingga 500%, hingga mampu menjadi tulang punggung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), dan omset batik nasional juga telah mencapai lebih dari Rp10 triliun serta telah mampu menyerap lebih dari 3,5 juta tenaga kerja lokal. (Indokabana.com, 2014). Kemajuan usaha batik di masyarakat tersebut mendapat pengaruh dari sumber daya manusia yang dimiliki. Usaha kreatif tersebut tidak dapat dijalankan tanpa adanya orang-orang yang kreatif dan memiliki  keterampilan yang tinggi dalam membatik. Kain batik asli sentuhan tangan pengrajin Indonesia bernilai seni tinggi sehingga memiliki daya saing yang tidak dapat disamakan dengan produk kerajinan batik dari Tiongkok atau negara lain. Kain batik Indonesia menjadi kain tua dan dibuat berdasarkan nilai seni serta tradisi kehidupan manusia mulai dari sejak lahir hingga meninggal dunia. Bersaing menghadapi MEA diperlukan sumber daya manusia (SDM) siap di berbagai penguatan termasuk bagi kalangan pengrajin kain batik. Menghadapi MEA kuncinya memang di manusianya, maka untuk pengembangannya di bidang Kebudayaan masih sedang disusun pola dasarnya. (Indokabana.com, 2014).
Perkembangan usaha batik yang semakin meningkat tentu dapat mengurangi jumlah pengangguran, hal ini memberi dampak positif bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan sebuah kesejahteraan dalam hidup. Produksi batik di Indonesia dapat dijadikan ekspor ke luar negeri sehingga batik semakin mendunia. Terlepas dari peluang usaha batik yang semakin meningkat, usaha batik menjadi upaya untuk mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia dengan harapan masyarakat mencintai dan memakai produk dalam negeri seperti usaha pemerintah yang lebih gencar dalam mengunggulkan produk-produk hasil Indonesia.
Strategi yang harus dijalankan perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya terdiri dari dua komponen. Komponen pertama adalah strategi untuk memenuhi atau pengadaan lima prasyarat utama, yaitu pendidikan, modal, teknologi, informasi, dan input krusial lainnya. Sementara komponen kedua adalah strategi untuk menggunakan secara optimal kelima prasyarat tersebut menjadi suatu produk yang kompetitif. Khusus untuk komponen kedua ini, perhatian harus ditujukan pada peningkatan kemampuan produksi dan kemampuan pemasaran. Upaya peningkatan kemampuan produksi termasuk peningkatan kemampuan teknologi dan kemampuan desain. Sedangkan upaya peningkatan pemasaran, termasuk promosi, distribusi, dan pelayanan pascajual. Kedua pendekatan ini sangat penting dan pada umumnya UMKM di Indonesia kalah bersaing dengan usaha besar atau UMKM dari negara maju karena kurang memperhatikan atau kurang mampu di dalam bidang ini. (Megasari, 2014, hlm. 4).
Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa mengenai sektor produksi lokal dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat. Pasalnya, sampai saat ini animo masyarakat Indonesia terhadap merek-merek luar negeri masih cukup besar. Oleh sebab itu, agar tak kalah bersaing dengan produk-produk asing, para pelaku UKM harus mulai berbenah diri untuk meningkatkan daya saing produk lokal jelang pasar bebas 2015. Adapun upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Konsisten menjaga kualitas produk. Menghadapi gempuran produk impor dari negara tetangga yang popularitasnya cukup diperhitungkan oleh kalangan masyarakat membuat standar operasional prosedur (SOP) yang jelas dalam setiap proses produksi, agar barang-barang yang dipasarkan memiliki kualitas atau standar mutu yang terjamin.
2. Tambahkan daya saing UKM melalui packaging produk yang menarik. Seperti kita ketahui bersama, sampai saat ini packaging produk menjadi salah satu faktor pendorong bagi para calon konsumen untuk melakukan transaksi pembelian. Karenanya selain menjaga kualitas produk, hal lain yang perlu diperhatikan para pelaku UKM adalah mendesain packaging yang menarik, serta mencantumkan logo dan nama produk di setiap kemasan produk.
3. Berani bersaing dari segi harga. Salah satu keunggulan produk Cina di pasar dunia yaitu harga jualnya terkenal lebih murah dibandingkan produk-produk dari negara lainnya.
4. Menjaga loyalitas konsumen. Memiliki banyak pelanggan menjadi kunci utama kesuksesan untuk menghadapi persaingan pasar bebas 2015. (Kaban, 2014, bisnisUKM.com).
            Selain upaya yang telah dijelaskan tersebut, pelatihan terhadap pembatik perlu dilakukan kerana adanya produk tidak bisa dihasilkan tanpa adanya sumber daya manusia yang terampil. Semakin banyak pembatik profesional maka semakin baik pula kualitas produk batik yang dihasilkan. Kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan untuk produksi batik tetapi dalam pelaksanaannya, sumber daya manusia dalam proses pembuatan batik akan jauh berbeda hasilnya kerana batik dibuat dengan kreativitas dan keuletan pembatik itu sendiri.
KESIMPULAN
Batik sebagai kebudayaan yang dimiliki Indonesia memiliki potensi yang kuat dalam bidang usaha atau industri. Pengakuan batik oleh UNESCO milik Indonesia memperkuat keberadaan batik di dalam maupun luar negeri, sehingga batik mampu menjadi icon bagi Indonesia. Perkembangan batik semakin meningkat dengan adanya inovasi-inovasi yang membuat batik mampu menguasai berbagai produk dan hal ini pula yang menyebabkan berkembang serta semakin meningkatnya usaha/industri batik di Indonesia. Usaha batik menjadi upaya untuk mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia dengan harapan masyarakat mencintai dan memakai produk dalam negeri khususnya batik.
Menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) atau pasar bebas 2015, batik menjadi produk yang diunggulkan bagi Indonesia sebagai produk kreatif kerajinan masyarakat yang memiliki peluang usaha baik. Batik sebagai kebudayaan lokal yang memiliki potensi untuk bersaing di Internasional, diharapkan mampu memberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia melalui kegiatan industri batik.














DAFTAR PUSTAKA

BBC. (2014) Apa yang harus Anda ketahui tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN. [Online]. Tersedia di: http://bbc.com/140826_pasar_tenaga_kerja_aec.htm [Diakses 14 Maret 2015].

BisnisUKM. (2012) Melestarikan Budaya dengan Membuka Usaha Galeri Batik. [Online]. Tersedia di: http://bisnisukm.com/melestarikan-budaya-dengan-membuka-usaha-galeri-batik.html [Diakses 14 Maret 2015].
BisnisUKM. (2013) Meningkatkan Daya Saing UKM Jelang Pasar Bebas 2015. [Online]. Tersedia di: http://bisnisukm.com/meningkatkan-daya-saing-ukm-jelang-pasar-bebas-2015.html  [Diakses 14 Maret 2015].
Griyawisata. (2012). Menambah Daya Saing Batik Indonesia di Pamerkan di Jepang. [Online]. Tersedia di: http://www.griyawisata.com/batik-a-tenun/batik/artikel/menambah-daya-saing-batik-indonesia-di-pamerkan-di-jepang [Diakses 14 Maret 2015].
Indokabana. ( 2014) Batik Indonesia Diandalkan untuk Menghadapi MEA.  [Online]. Tersedia di: http://www.indokabana.com/batik/batik-indonesia-diandalkan-untuk-menghadapi-mea/ [Diakses 14 Maret 2015].
Megasari, K.A. (2014) Identifikasi kesiapan Daya Saing Industri Kecil Menengah (IKM) Alas Kaki di Kota Mojokerto Menghadapi Pasar Bebas ASEAN. [Jurnal Online]. Tersediadi:http://download.portalgaruda.org/article.php?article=190040&val=6467&title=Identifikasi%20Kesiapan%20Daya%20Saing%20Industri%20Kecil%20Menengah%20%28IKM%29%20Alas%20Kaki%20Di%20Kota%20Mojokerto%20Menghadapi%20Pasar%20Bebas%20Asean%20%28Studi%20Kasus%20Kota%20Mojokerto%29 [Diakses 14 Maret 2015].

Nurhayat, W. (2014).  Setelah ASEAN, RI Harus Hadapi Pasar Bebas Asia Pasifik. [Online]. Tersedia di: http://setelah-asean-ri-harus-hadapi-pasar-bebas-asiapasifik.htm [Diakses 14 Maret 2015].

Surya. (2009) Batik Indonesia Resmi Diakui UNESCO. [Online]. Tersedia di: http://antaranews.com/batik-indonesia-resmi-diakui-unesco.htm [Diakses 14 Maret 2015].

SINOPSIS NOVEL PEREMPUAN DI TITIK NOL KARYA NAWAL EL – SAADAWI


SINOPSIS NOVEL PEREMPUAN DI TITIK NOL
KARYA NAWAL EL – SAADAWI
Yuyun Yulyanti*
Novel Perempuan di Titik Nol adalah novel terjemahan Karya Nawal el -  Saadawi dari judul asli Woman at Point Zero. Diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Yayasan Obor Indonesia.
Kisah ini berawal dari seorang dokter yang melakukan penelitian terhadap narapidana perempuan bernama Firdaus, yang diduga telah melakukan pembunuhan. Firdaus adalah anak dari seorang petani, hidupnya sangat menderita, rumit dan penuh konflik. Firdaus yang mengalami penganiayaan, pelecehan seksual, dan perlakuan tidak wajar baik dari segi fisik maupun mental oleh banyak laki-laki. Ketika ayah dan ibu Firdaus meninggal, Firdaus diasuh oleh pamannya dan pindah ke Kairo. Meski pamannya itu bersikap lebih baik dan lemah lembut daripada ayahnya, tapi sosok paman yang lemah lembut itu sama seperti lelaki lain. Pamannya pun tidak melewatkan kesempatan untuk melakukan pelecehan seksual kepadanya. Selanjutnya, Firdaus disekolahkan di sekolah dasar dan dilanjutkan ke sekolah menengah pertama. Disitulah ia dapat merasakan bergaul dengan sebayanya. Lulus dari sekolah menengah dengan nilai terbaik, lalu pamannya menikah dengan seorang gadis anak dari guru sewaktu ia sekolah di Al Ezhar. Waktu pun terus belalu, lama-kelamaan sang bibi tersebut kurang suka dengan keberadaan Firdaus di rumahnya. Jadi, ia berencana untuk mengenalkan Firdaus pada seorang laki-laki yang bernama Syekh Mahmoud, orang tua yang berumur 60 tahun yang kaya raya dan sangat kikir disertai dengan adanya bisul disekitar wajahnya. Untuk membalas budi sang paman, Firdaus pun menerima pinangan dari Syekh Mahmoud tersebut walau umurnya waktu itu adalah 18 tahun. Firdaus pun harus melayani lelaki dengan wajahnya yang penuh bisul itu dengan setengah hati. Namun lama-kelamaan Firdaus pun tak tahan dan kemudian melarikan diri. Hal itu disebabkan Firdaus seringkali mendapatkan perlakuan yang menyakiti fisiknya. Firdaus pun melarikan diri dari rumah karena tidak mendapatkan rasa aman. Penganiayaan dari segi fisik seringkali dia alami. Pernah dia pulang ke rumah pamannya namun oleh istri pamannya di usir dan di suruh kembali kepada suaminya yang renta itu. Inilah awal mula dia menjadi wanita jalanan.
 Awal mulanya Firdaus bertemu dengan lelaki yang bernama Bayoumi. Awalnya ia mengira lelaki yang bernama Bayoumi adalah seorang laki-laki yang baik, namun ternyata tidak demikian. Firdaus berharap Bayoumi bisa memberikan pekerjaan dari ijazah yang dimilikinya. Bayoumi lalu mengajak Firdaus untuk tinggal satu rumah. Bayoumi pun tidak ketinggalan untuk merasakan nikmatnya tubuh Firdaus bersama teman-temannya. Bayoumi lah yang membawa Firdaus pada suatu profesi yang disebut pelacur.
Kemudian, ia bertemu dengan seorang perempuan cantik yang bernama Sharifa yang ternyata tak lebih dari seorang germo. Namun, berkat perempuan itu Firdaus lebih mengenal lagi tentang dunia pelacuran dan mengetahui bahwa ia memiliki tubuh dengan harga diri yang tinggi, disitu Firdaus merasakan kenikmatan dunia. Karena adanya konflik antara Sharifa dan Fawzi (pacar Sharifa) yang ingin memperistri Firdaus. Firdaus pun kembali melarikan diri. Di jalan ia di ajak oleh seseorang untuk masuk kedalam mobil dan dibawa ke hotel. Setelah melakukan persetubuhan Firdaus di beri uang sebesar 10 pons. Jalan hidup membawa Firdaus menjadi seorang pelacur mandiri dan berharga. Ia bisa membeli apapun yang ia inginkan, ia bisa berdandan cantik, dan yang paling penting ia bisa memilih dengan siapa ia akan tidur. Akan tetapi nasib baik belum juga bersahabat dengannya. Ketika itu, Firdaus sedang merasakan frustasi karena ia tidak merasa nyaman dan tenang saat ia menekuni pekerjaannya sebagai seorang pelacur akibat perbincanganya dengan seorang lelaki yang menjadi tamunya, Di’aa. Lalu ia sempat beralih profesi menjadi pegawai kantoran selama 3 tahun. Disana dia bertemu dan bisa merasakan rasanya jatuh cinta pada teman kerjanya, bernama Ibrahim. Akan tetapi, tetap saja lelaki itu hanya menyukai dan menginginkan kenikmatan tubuh perempuan. Bahkan perempuan adalah pelacur dalam hidup seorang lelaki, karena setelah menjadi istri pun wanita masih menjadi pelacur. Hal yang membedakannya adalah ketika sudah berumah tangga wanita merasa pasrah, tidak dibayar, dan memakai cinta dalam persetubuhannya. Sedangkan pelacur jalanan dibayar dan tidak memakai cinta dalam hubungannya.
Akhirnya, Firdaus pun menekuni profesinya kembali sebagai seorang pelacur, hingga seorang germo memaksa Firdaus bekerja untuknya. Ternyata dari pengalamannya selama ini, Firdaus pun sadar dan menjadi perempuan yang tak mau lagi di injak-injak harga dirinya oleh kaum pria. Namun karena sang germo bernama Marzouk, memaksa dan mengancamnya, Firdaus pun memegang sebilah pisau dan menghujamkan beberapa tusukan, sehingga akhirnya ia membunuh sang germo. Setelah peristiwa tersebut, ia diajak oleh pangeran Arab untuk tidur bersamanya, namun Firdaus pun melakukan pemberontakkan dan mengancam kepada pangeran Arab tersebut yang akhirnya Firdaus dimasukan ke penjara. Akibat ulahnya itu, Firdaus pun di vonis hukuman mati. Namun dia menolak menerima grasi yang telah diusulkan oleh seorang dokter penjaranya kepada presiden. Firdaus menggunakan kepasifan sebagai senjata perlawanan untuk mempertahankan harga dirinya, termasuk kepasifan menerima hukuman mati. Menurut Firdaus, vonis itu justru merupakan satu-satunya jalan menuju kebebasan sejati.

*Mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia