PENDAHULUAN
Judul : Negeri 5 Menara
Penulis : Ahmad Fuadi
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2009
Tebal Buku :
416 halaman
ISBN :
978-979-22-4861-6
Penghargaan :
1. Anugerah Pembaca Indonesia 2010
2. Nominasi Khatulistiwa Literary Award 2010
3. Buku Fiksi Terbaik, Perputakaan Nasional Indonesia 2011.
Tentang Penulis
Ahmad Fuadi lahir di Bayur Maninjau,
Sumatera Barat, 30 Desember 1972 adalah seorang novelis, pekerja sosial dan
mantan wartawan dari Indonesia. Memulai pendidikan menengahnya di KMI Pondok
Modern Darussalam Gontor, Ponorogo dan lulus tahun 1992. Melanjutkan kuliah
Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran, setelah lulus menjadi
wartawan Tempo. Tahun 1998, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S2 di
School of Media and Public Affairs, George Washington University. Tahun 2004 mendapat
beasiswa kembali di Royal Holloway, University of London. Adapun Karya Ahmad
Fuadi adalah Negeri 5 Menara (2009), Ranah 3 Warna (2011), dan Rantau 1 Muara
(2013).
RINGKASAN
Novel Negeri 5 Menara merupakan
novel pertama dari trilogi novel karya Ahmad Fuadi lainnya. Novel ini
menceritakan kehidupan seorang tokoh bernama Alif Fikri yang berasal dari
Maninjau, Sumatera Barat. Kehidupan keluarga Alif yang kental dengan ajaran
agama Islam menuntutnya untuk melanjutkan pendidikan ke pesantren. Hal ini
tidak sejalan dengan impian Alif yang ingin melanjutkan ke SMA Bukittinggi
setelah lulus dari Madrasah Tsanawiyah, seperti yang ia rencanakan dengan
Randai, sahabatnya. Alif merasa sangat kecewa dengan keputusan Amak yang menuntutnya
untuk masuk pesantren yang pikirnya hanya belajar ilmu agama dan itu sangat
tidak menarik bagi Alif, sebab ia ingin melanjutkan ke SMA dan mengikuti jejak
tokoh idolanya, B.J. Habibie yang kuliah di ITB. Akan tetapi, Amak ingin Alif
mengikuti jejak Buya Hamka, pemuka agama yang tersohor di Minangkabau. Amak
ingin mengubah anggapan bahwa pesantren bukanlah sekolah bagi anak-anak nakal
atau yang tidak diterima di sekolah negeri, tetapi pesantren adalah tempat
terbaik untuk menuntut ilmu demi tugas mulia dunia dan akhirat. Ketika
kebimbangan menyelimuti hari-harinya, Alif mendapat dukungan dari Pak Etek
Gindo, pamannya yang sedang belajar di Mesir untuk belajar di Pondok Madani
(PM), Jawa Timur. Atas usulan pamannya tersebut, Alif memutuskan untuk
mengikuti perintah Amak melanjutkan ke pesantren sesuai dengan pesantren usulan
pamannya.
Keputusan Alif belajar di Pondok
Madani menjadi awal perubahan kehidupannya. Alif yang diceritakan sebagai anak
yang pandai membuatnya dinyatakan lulus masuk pesantren tersebut melalui
persaingan yang ketat. Pondok Madani ini memberikan banyak pengalaman berharga
bagi Alif, termasuk kehidupan Pondok Madani yang sangat disiplin dan teratur
dalam segala hal. Dia juga bertemu dengan teman-teman baru dari berbagai daerah
seperti, Said (Surabaya), Baso (Gowa),
Raja (Medan), Dulmajid (Madura), dan Atang (Bandung). Perasahabatan mereka yang
dikenal dengan Sahibul Menara
tersebut memberikan warna bagi kehidupan Alif di pesantren. Alif mendapatkan
pelajaran yang begitu bermakna dari Pondok Madani, meskipun Alif masih memiliki
keinginan untuk melanjutkan ke SMA. Man jadda wajada, menjadi kalimat pertama yang dapat
meyakinkan hatinya untuk bertahan di Pondok Madani dan menemukan impian dalam
hidupnya. Setelah 4 tahun belajar di Pondok Madani dengan penuh perjuangan,
Alif dinyatakan lulus, begitu pula dengan sahabat-sahabatnya. Akhir cerita,
Alif mencapai impiannya untuk belajar dan bekerja di negara superpower,
Amerika Serikat.
PEMBAHASAN
Negeri 5 Menara menjadi
judul yang sangat menarik, membuat perbedaan pembaca dalam menafsirkan judul
tersebut sebelum membaca ceritanya. Enam sahabat yang senantiasa menyatakan
impiannya di samping menara Pondok Madani untuk mewujudkan mimpi mereka ke
tempat menara-menara itu ada (Arab Saudi, Mesir, Eropa, Amerika, dan
Indonesia), sehingga mereka dijuluki sebagai Sahibul Menara (pemilik menara). Tema pendidikan dan religi yang
diangkat dari novel tersebut memberikan pemahaman tentang pandangan masyarakat
terhadap adanya sekolah agama atau pesantren. Umumnya, banyak masyarakat yang
beranggapan bahwa pesantren menjadi sekolah bagi anak-anak dengan moral yang
kurang baik di masyarakat sehingga pesantren yang mengutamankan pendidikan
agama dirasa menjadi tempat yang tepat bagi mereka. Begitu pula pandangan
masyarakat yang menjadikan pesantren sebagai sekolah pilihan kedua apabila
anaknya tidak diterima di sekolah negeri, atau alasan orangtua yang sibuk
dengan pekerjaannya sehinga tak ada waktu untuk mendidik anaknya sehingga
menitipkan anaknya ke pesantren. Fenomena tersebut diluruskan kembali dalam
novel tersebut melalui tokoh Amak dengan prinsipnya bahwa pesantren itu tempat
lahirnya pemimpin agama dan mereka yang masuk ke pesantren adalah orang-orang
pilihan dengan kualitas tinggi.
Kehadiran tokoh-tokoh
dalam novel tersebut sangat mendukung cerita, dengan tujuan utama para tokoh
untuk belajar di pesantren, terutama tokoh Alif sebagai tokoh utama dan tokoh
berkembang karena peristiwa yang terjadi memengaruhi kehidupannya dalam
mencapai impian yang membuktikan bahwa dia sukses setelah belajar di Pondok
Madani, tampat yang dulu tak diinginkannya. Latar tempat Pondok Madani yang
dikenal sebagai Pondok Modern Gontor, Jawa Timur merupakan pondok pesantren
yang memilki kualitas yang bagus, sehingga dalam novelpun terdapat cerita
seleksi masuk pesantren tersebut karena ribuan peserta yang daftar. Sistem
pendidikan yang berbeda dengan sekolah pada umumnya, Pondok Madani menerapkan
disiplin tinggi bagi murid-muridnya dan peraturan pesantren yang harus ditaati.
Adanya sosok Kiai Rais dan ustaz lainnya menjadi panutan yang senantiasa
menerapkan dan mengajarkan petuah serta ilmu ikhlas yang harus dimiliki setiap
murid.
Kehidupan pesantren
sangat mendominasi cerita, hal ini memberikan pengetahuan kepada masyarakat
bahwa di pondok pesantren tidak hanya belajar ilmu agama, tetapi bahasa, seni,
olahragapun dipelajari. Ilmu agama senatiasa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari dan kepemimpinan menjadi unsur penting dalam kehidupan Pondok
Madani. Bagian awal novel menceritakan kehidupan Alif saat ini, selanjutnya
cerita masa lalu Alif, dan kembali lagi pada kehidupan Alif dan
sahabat-sahabatnya saat ini. Rangakaian cerita tersebut memberikan kemudahan
bagi pembaca dalam mengikuti perkembangan kehidupan para tokoh. Cerita tersebut
menggunkan sudut pandang First-Person-Central
atau sudut pandang orang pertama
sentral, pengarang berada di dalam cerita menjadi tokoh Alif. Umumnya, bahasa
Arab dan Inggris sering dijumpai dalam novel, hal ini sesuai dengan cerita
bahwa Pondok Madani menerapkan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa utama
para murid, sehingga beberapa dialog dalam novel menggunakan kedua bahasa
tersebut.
Novel ini memiliki
keunggulan yang disajikan, penggunaan bahasa yang ringan membuat pembaca dengan
mudah memahami cerita tersebut sehingga pesan dari pengarang dapat tersampaikan
pada pembaca. Adanya motivasi yang dituliskan secara langsung maupun dari
dialog tokoh yang memberikan pengaruh postif bagi pikiran pembaca. Keberhasilan
pengarang untuk menyampaikan sesuatu dengan humoris dan memberikan ketegangan
bagi pembaca pada bagian tertentu membuat cerita sangat menarik. Selain memiliki
keunggulan, ada juga kekurangan di dalamnya yaitu, beberapa peristiwa yang
sedang terjadi belum diceritakan secara tuntas, tetapi sudah berganti ke
peristiwa lain, kemudian dilanjut kembali di bagian yang berbeda, hal ini
terkadang membuat bingung pembaca.
KESIMPULAN
Negeri 5
Menara menjadi novel yang sarat makna tentang pendidikan dan Islam. Cerita yang
memberikan pemahaman akan konsep atau sistem pendidikan dalam pesantren
memberikan jawaban bagi masyarakat terhadap pandangan-pandangan buruk yang ada.
Novel ini bisa dibaca oleh semua kalangan, karena pesan moral yang terdapat di
dalamnya memberikan motivasi tinggi bagi pembaca untuk memperbaiki diri dalam
kehidupan dan membangkitkan semangat dalam meraih impian.
Sumber:
Fuadi,
Ahmad. (2009). Negeri 5 Menara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wikipedia. (2015).
Ahmad Fuadi. (daring). Tersedia di: http//id.m.wikipedia.org./wiki/Ahmad_Fuadi.
[Diakses 19 Desember 2015].
BIODATA
Yuyun Yulyanti Lahir di Indramayu, 20
Juli 1995. Tercatat sebagai Mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Alamat: Jalan Sersan Surip,
No. 163, RT/RW: 04/04, Ledeng, Kecamatan Cidadap, Bandung. Penulis dapat
dihubungi di alamat email: yuyunyly@yahoo.com.