Arsip Blog

Kamis, 25 Agustus 2016

MENITIPKAN RINDU

Selamat malam...
Setelah menyelesaikan abstrak untuk penulisan esai, rasanya ingin sekali menulis tentang mereka. Mereka? Siapa? Ya, saat sore menjemput terlintas dibenakku untuk menulis sebuah perjalanan singkat dari manusia-manusia yang kutemui beberapa bulan ini. Waktu menunjukkan pukul 0:48 WIB, ah biarlah, tak apa, aku ingin menulis saat ini sebelum aku lupa. (titik).
Kisah ini berawal dari sebuah mata kuliah yang menuntun langkah dan perasaanku jauh meninggalkan kenyamanan. Semester 6 ini aku mengontrak mata kuliah KKN (Kuliah Kerja Nyata). Sebuah mata kuliah yang begitu rumit dan penuh kejutan.

19 Mei 2016
Pertama kalinya aku mengenal nama-nama mereka, teman kelompok KKN di Desa Cikedung. Tak ada satupun yang kukenal dari nama-nama yang muncul. Ya, teman baru...semangat baru...kisah baru.

20 Mei 2016
Pertama kalinya aku bertatap muka dengan mereka. Oh ini toh orangnya...(ucapku dalam hati). Enam orang perempuan dan tiga orang laki-laki...Its Ok. Entahlah sebuah petaka atau kutukan, aku menjadi sekretaris. Hmmm...sudah kuduga. Aku tidak bisa beralasan ketika mereka berkata tentang disiplin ilmu yang kugeluti sekarang ini. Ok, baiklah. Mencoba berpikir positif dan keriwehan mulai terjadi saat itu.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, KKN kali ini harus mengajukan proposal kegiatan pada LPPM. Saat itu, pikiranku terbagi-bagi menjadi beberapa bagian. Aku harus memikirkan laporan penelitian sosling, jurnal penelitian pragmatik, proposal skripsi, menulis buku penelitian pendidikan, menulis dan mengedit buku ajar, laporan-laporan observasi, dan tak puas dengan setumpuk tugas-tugas itu aku mengikuti seminar tahunan linguistik (SETALI) dengan pengiriman abstrak dan makalah yang betul-betul dikejar deadline untuk menjadi pemakalah di ajang yang bergengsi itu. Disaat yang lain mengerjakan tugas-tugas kuliah, aku harus mempersiapkan diri untuk tampil di SETALI...setiap malam aku begadang yang akhirnya tumbang. Terkadang aku menangis semalaman, menangisi kelelahan ini. Bagiku, KKN ini akan menjadi hiburan tersendiri. Entahlah aku juga tidak memahaminya.
Seperti judul novel yang sering kudengar, Badai Pasti Berlalu dan tugas-tugasku pun berlalu, namun jodoh tak pernah bertemu (ah jadi baper deh). Alhamdulillah semuanya telah selesai. Kini, pikiranku bisa fokus ke KKN.

13 Juni 2016
Tahap 1
Setengah percaya, akhirnya aku berangkat KKN di Cikedung. Aku tak tahu apa, bagaimana selanjutnya hidupku. Pada akhirnya, kembali kupasrahkan semuanya pada Allah apapun yang terjadi di tempat KKN. Lama aku berpikir untuk menganalogikan bahwa KKN itu seperti perjodohan. Kau tahu cerita Siti Nurbaya dan Syamsul Bahri? Atau Datuk Maringgih? Ya, lupakan hal itu, aku tidak akan bercerita tentang mereka. Aku hanya beranggapan bahwa kita tak saling mengenal satu sama lain namun kita diharuskan untuk tinggal satu atap. Sembilan kepribadian, sembilan kebiasaan, sembilan perasaan, sembilan lidah, sembilan pemikiran, sembilan handuk, dan satu kamar mandi. Ah, kau bisa bayangkan kami harus sama-sama berjuang untuk tetap bertahan dalam permainan ini. Mungkin rapat adalah neraka bagi mereka. Aku bisa melihat kerutan-kerutan pada wajah mereka saat mendengar kata “Rapat”. Ya, sudahlah. Peristiwa yang paling kuingat ketika kami semua terlambat bangun sahur dan aku sebagai Pj masak merasa berdosa kepada mereka. Dan kau tahu? Memasak adalah program kerja posko yang paling semangat kujalani. Mulai dari belanja, memotong-motong sayuran, sampai menyajikannya menjadi hidangan untuk berbuka puasa. Ah...aku bahagia saat memasak karena ada satu hal yang kupahami bahwa...
dapur menjadi tempat terbaik bagi perempuan
untuk mencurahkan perasaannya menjadi sebuah masakan. Saat di dapur,
aku bisa megingat semuanya, tentang seseorang, kebahagiaan dan kepedihan.

Hanya itu yang kuingat dari KKN tahap 1 ini, oh iya aku belum mengenalkan siapa saja teman-teman KKN. Ok aku tulis nama-namanya. Ade (Ketua), Mila/Bu Mil-panggilan kesayangan dariku (Bendahara umum), Puji (PJ Manajemen Posdaya), Rahman (PJ Pendidikan), Desyam (PJ Ekonomi), Mput (PJ Kesehatan), Risa (PJ Lingkungan Hidup), Adul (PJ Keagamaan), hobi kami adalah main UNO GAME. Bagaimana denganku? Aku penggemar rahasia  pentol (sejenis jajanan warung; terbuat dari tepung kanji berisi telur puyuh dimatangkan dengan cara digoreng dan dilapisi dengan telur gulung, disajikan dengan siraman saus). Its so yummy...

15 Juli 2016
Tahap 2
Tuhan, sesungguhnya aku tidak ingin kembali pada KKN tahap 2. Bismillah, aku lanjutkan seperempat pejuanganku di tahap 1. Kau tahu? Saat libur KKN aku diam-diam memikirkan program kerja yang akan dilaksanakan di tahap 2 ini. Aku membuat penjadwalan yang hasilnya rombak total. Tak apa yang penting aku sudah berusaha untuk membuatnya. Aku berpikir, apakah mereka juga gelisah sepertiku memikirkan program kerja yang belum dilaksanakan? Ah, aku tak tahu. Saat itu, Desyam di rumah sakit dan kami berniat untuk menjenguknya di Indramayu. Artinya bahwa aku harus memberanikan diri sekuat tenaga untuk mengendarai motor di jalan pantura. Astagfirullohaladzim. Ya, kalian membuatku berani melakukan hal yang tak pernah terpikirkan olehku. Dan masih ada keberanian-keberanian selanjutnya. Kali ini, aku tidak akan menceritakan program kerja yang diadakan, aku senantiasa bersyukur karena dengan Ridho Allah semua proker terlaksana dan semoga bermanfaat bagi masyarakat Desa Cikedung. Bercerita tentang wifi, kelompok KKN kami adalah kelompok KKN yang paling beruntung karena kami tak perlu ke bioskop untuk menonton film Finding Dory, cukup dengan mendownloadnya sesuka hati. Terkadang sesuatu yang rasanya tak mungkin dan tak pernah terpikirkan oleh kita, Allah mungkinkan dan hadirkan untuk kita. Ya, adanya wifi di balai desa misalnya. Allah selalu memberikan kemudahan.
Tahap 2 ini, aku benar-benar mengalami kejenuhan yang entahlah aku bingung menyebutnya, rasanya ingin pulang saja. Menjemukan. Untung saja, kondisi seperti ini tidak berlangsung lama, aku harus bisa mengobati segala yang terjadi. Bahkan diam-diam aku sering menangis di tempat salat atau kamar mandi namun aku sendiri tak tahu penyebab tangisan ini.

20 Juli 2016
Hahahahahaha, sebelum kuceritakan izinkan aku tertawa terlebih dahulu.
Ulang tahun di tempat KKN adalah ulang tahun paling mmmmmm...hehehehehe. Lucu sekali melihat tingkah mereka yang berupaya keras memberikan kejutan itu. Ya, terima kasih atas kejutan yang membuat kalian merasa terkejut. Hahahaha. Terima kasih atas ucapan dan doanya. Roti mangga dengan bentuk love dan sebatang lilin putih untuk mati lampu.  Love you so much gengs....
Terlepas dari tragedi ulang tahunku (tragedi?), tragedi lainnya dalam KKN tahap 2 ini adalah acara kabur dari posko. Aku mengajak Mput untuk pergi ke Waduk Situ Bolang. Semua ini kulakukan untuk melepaskan kejenuhan pembutaan laporan. Sesungguhnya tidak ada apa-apa di tempat itu, kecuali kedamaian. Ya, kedamaian yang menentramkan hati. Kita bisa melihat segala sesuatunya secara luas. Aku merenung. Tuhan membawaku untuk mengunjungi tempat ini dan menyaksikan keindahan alamnya secara langsung. Sejenak, aku merasa bahagia. 
 
Setelah menyelesaikan program KKN, kelompok kami berencana untuk liburan. Asik liburan...Kau tahu kita berlibur kemana? Kita ke Karang Song, Hutan Mangrove. Di tempat ini, untuk pertama kalinya aku naik perahu, hahay duduk di atas air, bahagianya. Tempat wisata ini sangat menarik bagiku, menjelajahi mangrove, menelusuri pasir pantai dan deburan ombak. Tak luput, kuabadikan momen di tempat ini bersama mereka. Ah, rasanya tak ingin beranjak dan aku merindukan tempat ini. Aku ingin kembali ke tempat ini. Di tempat ini pula peristiwa naas terjadi kepada salah seorang teman kelompok kami, kunci motornya hilang. Hasilnya, kami pulang malam dan aku? Aku menjadi Iron Man (Menjadi pusat perhatian setiap mata memandang) dan disaat seperti ini, ketika kami sedang berhenti tiba-tiba ada orang gila tanpa busana datang, serentak kami langsung berlari menjauhkan diri dan aku berjuang sekuat tenaga untuk bisa berlari dengan kostum Iron Man. Lantas aku berpikir, apakah aku sama seperti orang gila? Oh tidak tentunya, pikiranku masih waras ya teman walaupun saat itu aku menggunakan kostum super hero. Alhamdulillah kami semua pulang dengan selamat dengan muka hinyai (Muka kucel dengan kondisi tubuh yang lelah, letih, lesu, lemah, lunglai). Saat itu juga kami harus mempersiapkan acara penutupan di balai desa. Huft, huft, huft. Dengan muka hinyai pula aku menjadi pembawa acara bersama dengan temanku, Desyam. Sesungguhnya, aku sangat ngantuk saat membawakan acara penutupan itu. Kegiatan KKN telah ditutup, waktu kami di Cikedung telah usai. Aku sedih melihat anak-anak menangisi kepulangan kami. Tetapi, aku tidak bisa menangis, air mataku tidak mau mengalir saat itu, kemanakah air mata ini? Kupeluk mereka karena pelukan dapat memberikan ketenangan. Iin, Patric, Nina, Selvi, Silvi, Meli dan ah aku lupa lagi dengan nama-nama mereka. Semoga kemudahan selalu menyertai mereka untuk tetap menuntut ilmu. Oh iya, aku teringat sesuatu untuk pertama kalinya aku terkena tilang dalam masa-masa KKN ini (Jangan mengendarai motor tanpa SIM, kecuali kepepet. Hehehe). Mungkin kau masih berpikir tentang kostum Iron Man. Akan kujelaskan. Perlengkapan kostum itu bisa dengan mudah kau dapatkan. Pakai saja helm di kepala dan bagian sayap motor Honda Repsol di badanmu.

Akhirnya KKN telah usai tapi benar-benar belum selesai.
Beberapa hari setelah pulang dari KKN, aku memutuskan untuk pergi ke Bandung menyelesaikan laporan yang belum selesai. Perjuangan tahap 2 telah dimulai. Saat di Bandung kami foto studio dan makan bersama di Ciwalk, ngehedon ceritanya. Kami juga karaoke bersama. Hari itu aku merasa sangat bahagia. Berbeda dengan pepatah pada umumnya,
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersenang-senang dahulu
Bersusah susah kemudian.
Kebahagiaan itu telah hilang saat masa-masa bimbingan laporan. Tak pernah terbayang akan jadi seperti ini pada akhirnya...aku terjerat dan terperanjat dalam dunia laporan pelaksanaan. Tuhan, rasanya ingin teriak sekencang-kencangnya. Aku mencoba bertanggungjawab dengan tugasku sebagai sekretaris, menyelesaikan laporan dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Ternyata laporan tersebut harus melalui proses bimbingan yang begitu melelahkan. Aku harus datang lebih awal ke LPPM, menunggu dengan penuh kesabaran dalam antrean panjang di LPPM, menahan lapar yang berkelanjutan, siap pulang petang, dan tak ada kehadiran teman kelompok  yang menjadi pelengkap kepedihan ini (Aku iri melihat orang lain ditemani oleh teman kelompoknya). Mungkin, ini adalah motivasiku untuk keluar dari grup, hahaha. Da akumah apa atuh? Cuma serpihan kode. Kepedihan tidak hanya itu, hadirnya revisi setelah bimbingan bagaikan lelaki idaman yang senantiasa dimimpikan siang dan malam. Saat kubuka mata, langsung teringat revisi laporan. Keesokan harinya aku harus melanjutkan bimbingan dengan ketabahan hati untuk menunggu antrean untuk menjadi pejuang laporan, untuk mendapatkan tandatangan di lembar pengesahan.
Selama proses bimbingan aku bertemu dengan, sebut Saja ‘J’. ‘J’ yang sudah punya monyet. Ah sudahlah aku tidak akan membahas tentangnya. Hadirmu bagai pelangi, sesaat dan aku tersesat sampai waktu itu. Sekarang? Aku tidak lagi tersesat hanya saja merasa zonk. Tidak ada perjuangan yang sia-sia semuanya terbayar dengan tandatangan Kepala Pusat Pemberdayaan Masyarakat, Kewirausahaan, dan Pengembangan KKN. Kebahagiaan yang menggebu-gebu. Akhirnya, buah dari kesabaran, laporan beres. Alhamdulillah. Aku yakin, laporan ini selesai dengan doa yang kalian panjatkan dalam diam.
Aku merasa beruntung memiliki sahabat yang dengan setia menemaniku. Merekalah yang selalu ada disaat-saat getir seperti ini. Walau kita berbeda kelompok tapi karena posisi kita sama di KKN akhirnya kami memutuskan untuk mengerjakan revisi laporan bersama. Kamarku menjadi markas untuk sesi curhat-curhatan tentang apapun, mungkin juga gibah yang ditemani sebungkus keripik pisang dan biskuit selai kacang dengan lantunan lagu melow “Dia-Anji dan Pelangi-Hivi”. Mereka adalah Cici dan Iis namun aku lebih sering memanggilnya Wa Iis dan Ceceu. Miss you gais..love CIYUS (Cici, YUyun, iiS). Karena kami sering sekali bersama, di kelas kami dijuluki Tiga Serangkai. Kalian adalah terbaik. Pada akhirnya, kalian menjadi tempat pulang bagiku.

Semua kisah yang kutulis ini adalah rindu. Semua yang telah dilakukan akan menjadi kenangan dan berubah menjadi rindu. Kebersamaan dengan kelompok KKN pun menjadi rindu. Semakin banyak peristiwa yang kulalui, semakin banyak pula rindu yang kutitipkan dan kutanggung dalam perasaan. Kita yang tak pernah berencana untuk menjadi teman tapi Allah menginginkan semua ini. Kita yang tak pernah berjanji untuk saling bertemu tapi Allah memberikan sesuatu yang berarti bagiku untuk mengenali satu per satu di antara kalian dan aku belajar banyak hal dari perjumpaan ini. Setelah ini aku selalu berdoa agar aku dipertemukan dengan orang-orang baik lainnya, seperti mereka di mana pun aku berada. Terima kasih telah memberiku banyak hal.

Tulisan ini adalah kisahku. Kisah yang kutulis berdasarkan pada sudut pandangku yang mungkin berbeda dengan sudut pandang dan persespsi kalian. Selamat membaca dan berpikir untuk menerjemahkan kerinduanku yang tak tertuju.

Jaga baik-baik rinduku,
Salam rindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar