Setelah menyelesaikan abstrak untuk
penulisan esai, rasanya ingin sekali menulis tentang mereka. Mereka? Siapa? Ya,
saat sore menjemput terlintas dibenakku untuk menulis sebuah perjalanan singkat
dari manusia-manusia yang kutemui beberapa bulan ini. Waktu menunjukkan pukul
0:48 WIB, ah biarlah, tak apa, aku ingin menulis saat ini sebelum aku lupa.
(titik).
Kisah ini berawal dari sebuah mata
kuliah yang menuntun langkah dan perasaanku jauh meninggalkan kenyamanan.
Semester 6 ini aku mengontrak mata kuliah KKN (Kuliah Kerja Nyata). Sebuah mata
kuliah yang begitu rumit dan penuh kejutan.
19 Mei 2016
Pertama kalinya aku mengenal nama-nama mereka, teman
kelompok KKN di Desa Cikedung. Tak ada satupun yang kukenal dari nama-nama yang
muncul. Ya, teman baru...semangat baru...kisah baru.
20 Mei 2016
Pertama kalinya aku bertatap muka dengan mereka. Oh ini toh orangnya...(ucapku dalam
hati). Enam orang perempuan dan tiga orang laki-laki...Its Ok. Entahlah sebuah petaka atau kutukan, aku menjadi
sekretaris. Hmmm...sudah kuduga. Aku tidak bisa beralasan ketika mereka berkata
tentang disiplin ilmu yang kugeluti sekarang ini. Ok, baiklah. Mencoba berpikir
positif dan keriwehan mulai terjadi
saat itu.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, KKN kali ini
harus mengajukan proposal kegiatan pada LPPM. Saat itu, pikiranku terbagi-bagi
menjadi beberapa bagian. Aku harus memikirkan laporan penelitian sosling,
jurnal penelitian pragmatik, proposal skripsi, menulis buku penelitian
pendidikan, menulis dan mengedit buku ajar, laporan-laporan observasi, dan tak
puas dengan setumpuk tugas-tugas itu aku mengikuti seminar tahunan linguistik
(SETALI) dengan pengiriman abstrak dan makalah yang betul-betul dikejar deadline untuk menjadi pemakalah di
ajang yang bergengsi itu. Disaat yang lain mengerjakan tugas-tugas kuliah, aku
harus mempersiapkan diri untuk tampil di SETALI...setiap malam aku begadang
yang akhirnya tumbang. Terkadang aku menangis semalaman, menangisi kelelahan
ini. Bagiku, KKN ini akan menjadi hiburan tersendiri. Entahlah aku juga tidak
memahaminya.
Seperti judul novel yang sering kudengar, Badai Pasti Berlalu dan tugas-tugasku
pun berlalu, namun jodoh tak pernah bertemu (ah jadi baper deh). Alhamdulillah semuanya telah selesai. Kini,
pikiranku bisa fokus ke KKN.
13 Juni 2016
Tahap 1
Setengah percaya, akhirnya aku berangkat KKN di
Cikedung. Aku tak tahu apa, bagaimana selanjutnya hidupku. Pada akhirnya,
kembali kupasrahkan semuanya pada Allah apapun yang terjadi di tempat KKN. Lama
aku berpikir untuk menganalogikan bahwa KKN itu seperti perjodohan. Kau tahu
cerita Siti Nurbaya dan Syamsul Bahri? Atau Datuk Maringgih? Ya, lupakan hal
itu, aku tidak akan bercerita tentang mereka. Aku hanya beranggapan bahwa kita
tak saling mengenal satu sama lain namun kita diharuskan untuk tinggal satu
atap. Sembilan kepribadian, sembilan kebiasaan, sembilan perasaan, sembilan
lidah, sembilan pemikiran, sembilan handuk, dan satu kamar mandi. Ah, kau bisa
bayangkan kami harus sama-sama berjuang untuk tetap bertahan dalam permainan
ini. Mungkin rapat adalah neraka bagi mereka. Aku bisa melihat kerutan-kerutan
pada wajah mereka saat mendengar kata “Rapat”. Ya, sudahlah. Peristiwa yang
paling kuingat ketika kami semua terlambat bangun sahur dan aku sebagai Pj
masak merasa berdosa kepada mereka. Dan kau tahu? Memasak adalah program kerja
posko yang paling semangat kujalani. Mulai dari belanja, memotong-motong
sayuran, sampai menyajikannya menjadi hidangan untuk berbuka puasa. Ah...aku bahagia
saat memasak karena ada satu hal yang kupahami bahwa...
dapur menjadi
tempat terbaik bagi perempuan
untuk
mencurahkan perasaannya menjadi sebuah masakan. Saat di dapur,
aku bisa
megingat semuanya, tentang seseorang, kebahagiaan dan kepedihan.
Hanya itu yang kuingat dari KKN tahap 1 ini, oh iya aku belum mengenalkan siapa saja teman-teman KKN. Ok aku tulis nama-namanya. Ade (Ketua), Mila/Bu Mil-panggilan kesayangan dariku (Bendahara umum), Puji (PJ Manajemen Posdaya), Rahman (PJ Pendidikan), Desyam (PJ Ekonomi), Mput (PJ Kesehatan), Risa (PJ Lingkungan Hidup), Adul (PJ Keagamaan), hobi kami adalah main UNO GAME. Bagaimana denganku? Aku penggemar rahasia pentol (sejenis jajanan warung; terbuat dari tepung kanji berisi telur puyuh dimatangkan dengan cara digoreng dan dilapisi dengan telur gulung, disajikan dengan siraman saus). Its so yummy...
15 Juli 2016
Tahap 2
Tuhan, sesungguhnya aku tidak ingin kembali pada KKN
tahap 2. Bismillah, aku lanjutkan seperempat pejuanganku di tahap 1. Kau tahu?
Saat libur KKN aku diam-diam memikirkan program kerja yang akan dilaksanakan di
tahap 2 ini. Aku membuat penjadwalan yang hasilnya rombak total. Tak apa yang
penting aku sudah berusaha untuk membuatnya. Aku berpikir, apakah mereka juga
gelisah sepertiku memikirkan program kerja yang belum dilaksanakan? Ah, aku tak
tahu. Saat itu, Desyam di rumah sakit dan kami berniat untuk menjenguknya di
Indramayu. Artinya bahwa aku harus memberanikan diri sekuat tenaga untuk
mengendarai motor di jalan pantura. Astagfirullohaladzim. Ya, kalian membuatku
berani melakukan hal yang tak pernah terpikirkan olehku. Dan masih ada
keberanian-keberanian selanjutnya. Kali ini, aku tidak akan menceritakan
program kerja yang diadakan, aku senantiasa bersyukur karena dengan Ridho Allah
semua proker terlaksana dan semoga bermanfaat bagi masyarakat Desa Cikedung.
Bercerita tentang wifi, kelompok KKN kami adalah kelompok KKN yang paling
beruntung karena kami tak perlu ke bioskop untuk menonton film Finding Dory, cukup dengan
mendownloadnya sesuka hati. Terkadang sesuatu yang rasanya tak mungkin dan tak
pernah terpikirkan oleh kita, Allah mungkinkan dan hadirkan untuk kita. Ya,
adanya wifi di balai desa misalnya. Allah selalu memberikan kemudahan.
Tahap 2 ini, aku benar-benar mengalami kejenuhan
yang entahlah aku bingung menyebutnya, rasanya ingin pulang saja. Menjemukan.
Untung saja, kondisi seperti ini tidak berlangsung lama, aku harus bisa
mengobati segala yang terjadi. Bahkan diam-diam aku sering menangis di tempat
salat atau kamar mandi namun aku sendiri tak tahu penyebab tangisan ini.
20 Juli 2016
Hahahahahaha, sebelum kuceritakan izinkan aku
tertawa terlebih dahulu.
Ulang tahun di tempat KKN adalah ulang tahun paling
mmmmmm...hehehehehe. Lucu sekali melihat tingkah mereka yang berupaya keras
memberikan kejutan itu. Ya, terima kasih atas kejutan yang membuat kalian
merasa terkejut. Hahahaha. Terima kasih atas ucapan dan doanya. Roti mangga
dengan bentuk love dan sebatang lilin
putih untuk mati lampu. Love you so much gengs....
Terlepas dari tragedi ulang tahunku (tragedi?),
tragedi lainnya dalam KKN tahap 2 ini adalah acara kabur dari posko. Aku
mengajak Mput untuk pergi ke Waduk Situ Bolang. Semua ini kulakukan untuk
melepaskan kejenuhan pembutaan laporan. Sesungguhnya tidak ada apa-apa di
tempat itu, kecuali kedamaian. Ya, kedamaian yang menentramkan hati. Kita bisa
melihat segala sesuatunya secara luas. Aku merenung. Tuhan membawaku untuk
mengunjungi tempat ini dan menyaksikan keindahan alamnya secara langsung.
Sejenak, aku merasa bahagia.
Akhirnya KKN telah usai tapi benar-benar belum selesai.
Beberapa hari setelah pulang dari KKN, aku
memutuskan untuk pergi ke Bandung menyelesaikan laporan yang belum selesai.
Perjuangan tahap 2 telah dimulai. Saat di Bandung kami foto studio dan makan
bersama di Ciwalk, ngehedon
ceritanya. Kami juga karaoke bersama. Hari itu aku merasa sangat bahagia.
Berbeda dengan pepatah pada umumnya,
Berakit-rakit ke
hulu
Berenang-renang
ke tepian
Bersenang-senang
dahulu
Bersusah susah
kemudian.
Kebahagiaan itu telah hilang saat masa-masa
bimbingan laporan. Tak pernah terbayang
akan jadi seperti ini pada akhirnya...aku terjerat dan terperanjat dalam
dunia laporan pelaksanaan. Tuhan, rasanya ingin teriak sekencang-kencangnya.
Aku mencoba bertanggungjawab dengan tugasku sebagai sekretaris, menyelesaikan
laporan dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Ternyata
laporan tersebut harus melalui proses bimbingan yang begitu melelahkan. Aku
harus datang lebih awal ke LPPM, menunggu dengan penuh kesabaran dalam antrean
panjang di LPPM, menahan lapar yang berkelanjutan, siap pulang petang, dan tak
ada kehadiran teman kelompok yang
menjadi pelengkap kepedihan ini (Aku iri melihat orang lain ditemani oleh teman
kelompoknya). Mungkin, ini adalah motivasiku untuk keluar dari grup, hahaha. Da akumah apa atuh? Cuma serpihan kode. Kepedihan tidak hanya itu,
hadirnya revisi setelah bimbingan bagaikan lelaki idaman yang senantiasa
dimimpikan siang dan malam. Saat kubuka mata, langsung teringat revisi laporan.
Keesokan harinya aku harus melanjutkan bimbingan dengan ketabahan hati untuk
menunggu antrean untuk menjadi pejuang laporan, untuk mendapatkan tandatangan
di lembar pengesahan.
Selama proses bimbingan aku bertemu dengan, sebut
Saja ‘J’. ‘J’ yang sudah punya monyet. Ah sudahlah aku tidak akan membahas
tentangnya. Hadirmu bagai pelangi, sesaat dan aku tersesat sampai waktu itu.
Sekarang? Aku tidak lagi tersesat hanya saja merasa zonk. Tidak ada perjuangan yang sia-sia semuanya terbayar dengan
tandatangan Kepala Pusat Pemberdayaan Masyarakat, Kewirausahaan, dan
Pengembangan KKN. Kebahagiaan yang menggebu-gebu. Akhirnya, buah dari kesabaran,
laporan beres. Alhamdulillah. Aku yakin, laporan ini selesai dengan doa yang
kalian panjatkan dalam diam.
Semua kisah yang kutulis ini adalah rindu. Semua
yang telah dilakukan akan menjadi kenangan dan berubah menjadi rindu.
Kebersamaan dengan kelompok KKN pun menjadi rindu. Semakin banyak peristiwa
yang kulalui, semakin banyak pula rindu yang kutitipkan dan kutanggung dalam
perasaan. Kita yang tak pernah berencana untuk menjadi teman tapi Allah
menginginkan semua ini. Kita yang tak pernah berjanji untuk saling bertemu tapi
Allah memberikan sesuatu yang berarti bagiku untuk mengenali satu per satu di
antara kalian dan aku belajar banyak hal dari perjumpaan ini. Setelah ini aku
selalu berdoa agar aku dipertemukan dengan orang-orang baik lainnya, seperti
mereka di mana pun aku berada. Terima kasih telah memberiku banyak hal.
Tulisan ini adalah kisahku. Kisah yang kutulis
berdasarkan pada sudut pandangku yang mungkin berbeda dengan sudut pandang dan
persespsi kalian. Selamat membaca dan berpikir untuk menerjemahkan kerinduanku
yang tak tertuju.
Jaga baik-baik rinduku,
Salam rindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar