Arsip Blog

Sabtu, 19 November 2016

SEBUAH PERJALANAN



SEBUAH PERJALANAN
oleh Yuyun Yulyanti*

            My Trip, My Adventure”... Ah klasik, ganti deh. “My Trip, Lillahitaala”. (Sok asik nih, biarin yang penting bahagia, hehehe). Kali ini, aku akan menulis sebuah perjalanan singkat yang begitu menyenangkan. Jika di instagram banyak anak muda yang mengunggah foto mereka dengan caption “Nak, ini foto ibumu waktu muda”, nah aku mencoba untuk menanamkan keilmiahan kepada bakal calon anakku kelak dengan caption “Nak, ini tulisan ibumu waktu mahasiswa saat melakukan perjalan”. Edasss, padahal mah tulisan yang kubuat ini memiliki kadar keilmiahan 0%. Maksudku, alasan perjalanan inilah yang ilmiah. Hehehe... Ketika banyak orang lain berjalan ke kanan, aku lebih memilih ke kiri. Entah mengapa aku lebih suka berbeda dengan yang lainnya. Berdasarkan hal itu pula, pikiranku terkadang jadi liar. Tetapi aku tetap normal sebagai seorang perempuan yang penuh dengan kelembutan.
            Berawal dari kegundahan hati dan perasaan seorang anak yang ingin membuat orang tua wabil khusus mamahku bahagia. Hingga saat ini, alasan terkuat untuk tetap bertahan dari segala godaan dan fitnah dunia (e buset dah, sa ae lu tong) adalah seorang mamah yang membuatku semangat untuk berprestasi. Aku mencari-cari info lomba di internet sampai akhirnya kutemukan info lomba yang menarik, lomba tulis esai. Ok, fighting!!! H-1 jam baru kukirim abstrak ke surel panitia. Lahaula wala kuwata illabillah.
            Jeng-jeng, you know what? Abstrak yang kutulis ternyata masuk 100 besar. Alhamdulillah. Harus tanggung jawab nih. Tunggu, tanggungjawab kepada siapa? Kepada diri sendiri tentunya. Bukankah setiap tulisan harus kau pertanggungjawabkan? Saat itu pula, rasa hoream datang menghampiri pikiran yang begitu kacau. Kau tahukan, aku ini mahasiswa tingkat akhir yang sedang berusaha sekuat jiwa dan raga untuk membuat proposal skripsi. Tak hanya itu, sebagai mahasiswa yang mengambil peminatan Jurnalistik, aku juga sedang melalui tahap pengujian fisik dan mental melalui tugas yang warbiyasah, 13 opini, 4 feture, 6 berita, pendampingan pembuatan buletin sekolah, dan kunjungan ke penerbit. Tuhan, betapa romantisnya tugas kuliahku. Terlintas dalam pikiranku untuk tidak melanjutkan pengiriman naskah esai lengkap karena ya rasa malas itu. Setelah dipikir-pikir lagi ya sayang juga sih, aku memang penyayang orangnya (promosi nih ceritanya). Akhirnya, The Power of Kepepet naskah esai lengkap selesai juga setelah bimbingan dengan dosen pembimbing dan siap dikirim ke panitia. Lahaula wala kuwata illabillah again.
            Kau pasti penasaran ya dengan esai yang kukirimkan? Ok, sedikit akan kusinggung ya. Aku membahas pembelajaran mendongeng cerita rakyat nusantara dengan media KARICA (boneka jari asal perca). Harapannya, semoga, aku bisa menjadi pendongeng yang baik untuk anak-anakku kelak, ya anak-anak kita. Hah, kita? Ambigu nih kalimat. Ya, intinya aku akan menjadi ibu yang senantiasa memberikan dongeng kepada anak-anaknya. Penasaran dengan esai yang telah kubuat? Diskusikan saja secara langsung ya karena aku tidak ingin membahasnya di sini.
            Setelah menunggu beberapa hari, dunjreng.... esaiku masuk 10 besar.... Alhamdulillah. Bingung dan gak tahu harus bagaimana. Akhirnya, panitia menghubungiku untuk tahap selanjutnya. Ternyata, sebagai finalis yang masuk 10 besar, aku harus mempresentasikan esaiku itu dalam acara grand final. Artinya, aku harus pergi ke Semarang. Pergi ke Semarang? Pergi sama dengan transportasi. Transportasi sama dengan tiket. Tiket sama dengan uang. Wah, kalo masalah uang harus diperhitungkan matang-matang. Melihat baiaya transportasi dan akomodasi selama kegiatan, ah sudahlah lebih baik mengundurkan diri saja. Ya, mengundurkan diri menjadi pilihan terbaik. Tak apa, mungkin belum waktunya untuk menjadi pemenang. Sedih? Ya, sesaat saja sedihnya. Lebih sedih melihat kau bersamanya (dasar baper nih orang). Tiba-tiba panitia menghubungi kembali untuk menginformasikan kelonggaran waktu pembayaran. Kebimbangan pun menghampiri dan menghantui. Kuputuskan untuk menghubungi pihak departemen untuk pengajuan permohonan dana. Ya, tak ada salahnya mencoba dan memang tak salah. Pihak departemen siap membiayai. Alhamdulillah ya Allah. Sekalipun manusia berpikir dan berkata “tidak”, tapi jika Allah sudah menakdirkan “iya” akan lain lagi ceritanya. Berdasarkan hal itu, aku belajar bahwa keikhlasan itu ya sepasrah-pasrahnya, dalam arti kita memang sudah berusaha dan benar-benar memasrahkan semuanya kepada Allah. Apapun yang terjadi, ya pasrahkan saja sama Allah.
            Setelah uang terkumpul, tinggal minta izin ke mamah untuk pergi ke Semarang. Bak petir di siang bolong saat mamah tidak mengizinkanku untuk pergi sendirian. Mah, aku di sini sudah berjuang, tapi tanpa restu mamah semuanya zonk. Tunggu, aku belajar bahasa, bahasa itu alat. So, berbahasa yang santun dan baiklah untuk mengutarakan maksud dan tujuan yang jelas ditambah dengan sedikit rayuan (tanpa gombal ya). Alhamdulillah, mamah mengizinkanku pergi meski kecemasan dan kekhawatiran akan menyelimuti hati mamah melihat anak perempuannya pergi jauh sendirian. “Mah, bumi Allah itu luas. Ketika kita baik, orang lain juga pasti akan baik sama kita.” ucapku meyakinkan Mamah. Aku teringat akan hipotesis Saphir-Worf dengan bahasa dan pikirannya. Jika dikaitkan dengan perasaan, tentu kita pernah sedih, senang, kecewa, marah, cinta, benci, sayang, bahkan baper karena sebuah perkataan/ujaran. Perkataan/ujaran tersebut adalah sebuah bahasa. Betapa dahsyatnya bahasa dalam kehidupan kita.
            Masalah tak hanya selesai sampai di sini, mendadak ada perubahan jadwal dari panitia. Awalnya selesai kegiatan itu hari senin, ternyata hari minggu acara sudah selelsai dan tiket pulang sudah kupesan. Tuhan..... Ok, cari sisi positifnya. Mencoba untuk menukar jadwal keberangkatan dan ternyata harganya sangat mahal sekali. Its Ok.  I’m fine. Aku yakin tak sendiri di sana.

11 November 2016
            Bermodalkan doa mamah dan keberanian yang hakiki aku berangkat menuju Semarang. Pertama kalinya naik kereta api dan super duper panik takut salah naik kereta. Satu gerbong tersebut kebetulan dominan laki-laki, mahasiswa salah satu institut negeri yang begitu terkenal di Bandung. Obrolan mereka itu mulai dari OPEC, pertambangan, fisika, minyak, perusahaan, bla bla bla. Aku memilih diam dan menjadi pendengar setia. Meski aku merasa tidak nyaman karena aku perempuan sendiri saat itu. Terlebih jika mereka sudah bermain kode-kodean entah apa maksudnya dan seketika mereka tertawa. Ah menyebalkan...
Beberapa stasiun sudah kulewati dan sampai juga di Staisun Semarang Tawang...
            Semarang, aku datang.......
            Bertemu dengan orang-orang baru, ada yang dari Solo, Bali, Semarang, Malang, Yogyakarta, Medan, Kudus, dan aku lupa dari daerah mana lagi. Berjumpa dengan mereka adalah hal luar biasa dalam hidupku. Dengan tujuan yang sama, semangat yang menggebu-gebu, dan ya, kami adalah seorang MAHASISWA.

12 November 2016
            Saat-saat menegangkan untuk presentasi esai. Bismillah... aku beusaha untuk memberikan yang terbaik dari mereka yang paling terbaik. Saat itu pula, pengumuman langsung diinformasikan. Aku tidak keluar menjadi seorang juara. Sedih dan kecewa? Ya, tentu saja karena aku manusia biasa. Namun, satu hal yang membuatku kuat bahwa aku telah berhasil keluar dari zona nyamanku sampai hari itu. Untuk bisa hadir dan bertemu orang-orang hebat aku harus meluangkan waktu untuk berpikir, mencari ide-ide kreatif, menulis, dan bersaing dengan yang lainnya. Bersyukur dan tetap semangat untuk berprestasi karena aku telah bersungguh-sungguh dalam membuat sebuah pengalaman. Disetiap pijakan kaki ini, maka setiap itulah kita bisa belajar.

Field Trip
            Acara tambahan yang teramat menyenangkan. Mengunjungi beberapa tempat wisata bersama peserta lainnya. Menyaksikan keindahan yang Allah ciptakan. Kunjungan yang pertama adalah ke Sam Poo Kong. Sam Poo Kong itu klenteng yang digunakan sebagai tempat ibadah dan ziarah orang Kong Hu Chu. Bangunan di tempat ini bernuansa merah dan indah sekali. Gerbangnya sangat tinggi dan besar. Aku ingat, dulu waktu kecil pernah membaca artikel Sam Poo Kong di majalah kesukaanku, Bobo dan beberapa waktu lalu aku menapakkan kaki di tempat itu. Sungguh, aku tak pernah berpikir untuk pergi kesana, apalagi merencanakannya. Rencana Allah memang tidak pernah kita tahu dan Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. Kunjungan yang kedua yaitu Lawang Sewu. Tuhan, indah sekali bangunannya. Klasik dan cantik. Rasanya ingin kembali lagi mengunjungi bangunan tua yang dibangun oleh Belanda tersebut. Kunjungan yang terakhir adalah di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Tempat yang paling indah dan akan selalu indah. Bahagia sekali rasanya. Kau tahu? Aku berasa di Makkah, hal itulah yang membuatku benar-benar takjub. Betapa bahagianya ketika seorang muslim mengunjungi Baitullah. Aku berada di tempat yang mirip saja sudah merasa terkagum-kagum dengan keindahan yang Allah ciptakan. Di tempat ini aku melihat Mushaf Al-Quran yang sangat besar. Ya, besar sekali yang disimpan di dalam masjid. Di tempat ini juga ada ketenangan, kedamaian, dan kehusyukan dalam doa. Terima kasih ya Rabb atas nikmat yang begitu indah yang telah Kau hadirkan dalam hidupku.

14 November 2016
            Presentasi sudah, jalan-jalan sudah, dan saatnya pulang menyelesaikan sesuatu yang belum selesai. Oh iya, sehari sebelum aku pulang ternyata Bandung hujan deras, banjir terjadi di beberapa lokasi di Bandung termasuk Stasiun Bandung. Ya Allah, inilah alasan perubahan jadwal kegiatan yang berakibat pada kepulanganku pada hari senin yang seharusnya hari minggu. Allah punya takdir dan rencana lain untukku. Jika aku pulang minggu dan sampai Bandung senin, aku tidak tahu apa yang terjadi di stasiun saat itu. Allah telah mengamankanku dengan cara yang sangat romantis. Aku malu karena sempat terlintas di benakku berpikir buruk dengan perubahan jadwal ini. Dan ternyata, dosen yang berencana masuk kuliah hari senin, tiba-tiba saja membatalkan. Alhamdulillah ya Allah, aku pulang dengan selamat, sehat, lapar, dan bahagia.
            Ada yang lupa untuk kuceritakan, saat posisiku masih di Semarang tiba-tiba saja pihak departemen meminta kepada mahasiswa semester 7 untuk mengajukan tempat PPL dan harus hari itu juga. Masya Allah... pasrah deui wae iue mah daks. Untung saja, bisa diwakilkan. Dengan kabaikan hati Ceceu, akhinya aku terselamatkan (nuhun ceu, didoakeun ku nok, mudah-mudahan jodoh sareng Si Eta nya, disebutkeun moal yeuh...pokokna mah terbaik kangge ceceuku). Kau tahu kawan? Ketika aku membawakan oleh-oleh untuk kalian bukan berarti aku banyak uang, tapi begitu banyak kebaikan, dukungan, dan doa yang telah kalian berikan kepadaku dalam perjalanan ini. Pokoknya, aku sayang kalian DIK CIYUS dan Gengstoks. Terima kasih juga untuk seorang Silfiani, atas kebaikan tempat singgah yang diberikan untukku, sukses selalu ya Say. Aku yakin kau selalu jadi yang terbaik. Terima kasih telah mengenalkanku pada Gongso (makanan khas Semarang, cara pembatannya seperti seblak tapi beda bahan dan rasa).
            Semarang, bagiku adalah harapan. Ya, aku punya dua harapan di tempat itu. Jika Cinta dan Rangga telah melewati ratusan purnama, maka aku telah melewati ratusan jarak yang telah kutempuh bersama harapan. Yang kubawa itu bukan batu, pasir, atau kerikil dan memang hanya harapan, tapi berat sekali rasanya. Ya, memang tidak baik menggantungkan harapan kepada makhluk karena sebaik-baik pengharapan hanya pada Allah pemilik setiap harapan ini. Sekarang, Semarang tak lagi harapan, tetapi kenangan, kerinduan, keramahan, kesederhanaan, dan doa. Doa yang kupanjatkan untuk keselamatan dan kebahagianmu di Semarang. Cukup sampai di sini masa pengharapanku, selebihnya aku telah menyerahkan harapan ini pada pencipta-Mu.

PS: Aku butuh teman untuk perjalanan selanjutnya, hehehe.

*dokumentasi perjalanan bisa dilihat di instagram yun_yulyanti

20-11-16

Kamis, 25 Agustus 2016

MENITIPKAN RINDU

Selamat malam...
Setelah menyelesaikan abstrak untuk penulisan esai, rasanya ingin sekali menulis tentang mereka. Mereka? Siapa? Ya, saat sore menjemput terlintas dibenakku untuk menulis sebuah perjalanan singkat dari manusia-manusia yang kutemui beberapa bulan ini. Waktu menunjukkan pukul 0:48 WIB, ah biarlah, tak apa, aku ingin menulis saat ini sebelum aku lupa. (titik).
Kisah ini berawal dari sebuah mata kuliah yang menuntun langkah dan perasaanku jauh meninggalkan kenyamanan. Semester 6 ini aku mengontrak mata kuliah KKN (Kuliah Kerja Nyata). Sebuah mata kuliah yang begitu rumit dan penuh kejutan.

19 Mei 2016
Pertama kalinya aku mengenal nama-nama mereka, teman kelompok KKN di Desa Cikedung. Tak ada satupun yang kukenal dari nama-nama yang muncul. Ya, teman baru...semangat baru...kisah baru.

20 Mei 2016
Pertama kalinya aku bertatap muka dengan mereka. Oh ini toh orangnya...(ucapku dalam hati). Enam orang perempuan dan tiga orang laki-laki...Its Ok. Entahlah sebuah petaka atau kutukan, aku menjadi sekretaris. Hmmm...sudah kuduga. Aku tidak bisa beralasan ketika mereka berkata tentang disiplin ilmu yang kugeluti sekarang ini. Ok, baiklah. Mencoba berpikir positif dan keriwehan mulai terjadi saat itu.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, KKN kali ini harus mengajukan proposal kegiatan pada LPPM. Saat itu, pikiranku terbagi-bagi menjadi beberapa bagian. Aku harus memikirkan laporan penelitian sosling, jurnal penelitian pragmatik, proposal skripsi, menulis buku penelitian pendidikan, menulis dan mengedit buku ajar, laporan-laporan observasi, dan tak puas dengan setumpuk tugas-tugas itu aku mengikuti seminar tahunan linguistik (SETALI) dengan pengiriman abstrak dan makalah yang betul-betul dikejar deadline untuk menjadi pemakalah di ajang yang bergengsi itu. Disaat yang lain mengerjakan tugas-tugas kuliah, aku harus mempersiapkan diri untuk tampil di SETALI...setiap malam aku begadang yang akhirnya tumbang. Terkadang aku menangis semalaman, menangisi kelelahan ini. Bagiku, KKN ini akan menjadi hiburan tersendiri. Entahlah aku juga tidak memahaminya.
Seperti judul novel yang sering kudengar, Badai Pasti Berlalu dan tugas-tugasku pun berlalu, namun jodoh tak pernah bertemu (ah jadi baper deh). Alhamdulillah semuanya telah selesai. Kini, pikiranku bisa fokus ke KKN.

13 Juni 2016
Tahap 1
Setengah percaya, akhirnya aku berangkat KKN di Cikedung. Aku tak tahu apa, bagaimana selanjutnya hidupku. Pada akhirnya, kembali kupasrahkan semuanya pada Allah apapun yang terjadi di tempat KKN. Lama aku berpikir untuk menganalogikan bahwa KKN itu seperti perjodohan. Kau tahu cerita Siti Nurbaya dan Syamsul Bahri? Atau Datuk Maringgih? Ya, lupakan hal itu, aku tidak akan bercerita tentang mereka. Aku hanya beranggapan bahwa kita tak saling mengenal satu sama lain namun kita diharuskan untuk tinggal satu atap. Sembilan kepribadian, sembilan kebiasaan, sembilan perasaan, sembilan lidah, sembilan pemikiran, sembilan handuk, dan satu kamar mandi. Ah, kau bisa bayangkan kami harus sama-sama berjuang untuk tetap bertahan dalam permainan ini. Mungkin rapat adalah neraka bagi mereka. Aku bisa melihat kerutan-kerutan pada wajah mereka saat mendengar kata “Rapat”. Ya, sudahlah. Peristiwa yang paling kuingat ketika kami semua terlambat bangun sahur dan aku sebagai Pj masak merasa berdosa kepada mereka. Dan kau tahu? Memasak adalah program kerja posko yang paling semangat kujalani. Mulai dari belanja, memotong-motong sayuran, sampai menyajikannya menjadi hidangan untuk berbuka puasa. Ah...aku bahagia saat memasak karena ada satu hal yang kupahami bahwa...
dapur menjadi tempat terbaik bagi perempuan
untuk mencurahkan perasaannya menjadi sebuah masakan. Saat di dapur,
aku bisa megingat semuanya, tentang seseorang, kebahagiaan dan kepedihan.

Hanya itu yang kuingat dari KKN tahap 1 ini, oh iya aku belum mengenalkan siapa saja teman-teman KKN. Ok aku tulis nama-namanya. Ade (Ketua), Mila/Bu Mil-panggilan kesayangan dariku (Bendahara umum), Puji (PJ Manajemen Posdaya), Rahman (PJ Pendidikan), Desyam (PJ Ekonomi), Mput (PJ Kesehatan), Risa (PJ Lingkungan Hidup), Adul (PJ Keagamaan), hobi kami adalah main UNO GAME. Bagaimana denganku? Aku penggemar rahasia  pentol (sejenis jajanan warung; terbuat dari tepung kanji berisi telur puyuh dimatangkan dengan cara digoreng dan dilapisi dengan telur gulung, disajikan dengan siraman saus). Its so yummy...

15 Juli 2016
Tahap 2
Tuhan, sesungguhnya aku tidak ingin kembali pada KKN tahap 2. Bismillah, aku lanjutkan seperempat pejuanganku di tahap 1. Kau tahu? Saat libur KKN aku diam-diam memikirkan program kerja yang akan dilaksanakan di tahap 2 ini. Aku membuat penjadwalan yang hasilnya rombak total. Tak apa yang penting aku sudah berusaha untuk membuatnya. Aku berpikir, apakah mereka juga gelisah sepertiku memikirkan program kerja yang belum dilaksanakan? Ah, aku tak tahu. Saat itu, Desyam di rumah sakit dan kami berniat untuk menjenguknya di Indramayu. Artinya bahwa aku harus memberanikan diri sekuat tenaga untuk mengendarai motor di jalan pantura. Astagfirullohaladzim. Ya, kalian membuatku berani melakukan hal yang tak pernah terpikirkan olehku. Dan masih ada keberanian-keberanian selanjutnya. Kali ini, aku tidak akan menceritakan program kerja yang diadakan, aku senantiasa bersyukur karena dengan Ridho Allah semua proker terlaksana dan semoga bermanfaat bagi masyarakat Desa Cikedung. Bercerita tentang wifi, kelompok KKN kami adalah kelompok KKN yang paling beruntung karena kami tak perlu ke bioskop untuk menonton film Finding Dory, cukup dengan mendownloadnya sesuka hati. Terkadang sesuatu yang rasanya tak mungkin dan tak pernah terpikirkan oleh kita, Allah mungkinkan dan hadirkan untuk kita. Ya, adanya wifi di balai desa misalnya. Allah selalu memberikan kemudahan.
Tahap 2 ini, aku benar-benar mengalami kejenuhan yang entahlah aku bingung menyebutnya, rasanya ingin pulang saja. Menjemukan. Untung saja, kondisi seperti ini tidak berlangsung lama, aku harus bisa mengobati segala yang terjadi. Bahkan diam-diam aku sering menangis di tempat salat atau kamar mandi namun aku sendiri tak tahu penyebab tangisan ini.

20 Juli 2016
Hahahahahaha, sebelum kuceritakan izinkan aku tertawa terlebih dahulu.
Ulang tahun di tempat KKN adalah ulang tahun paling mmmmmm...hehehehehe. Lucu sekali melihat tingkah mereka yang berupaya keras memberikan kejutan itu. Ya, terima kasih atas kejutan yang membuat kalian merasa terkejut. Hahahaha. Terima kasih atas ucapan dan doanya. Roti mangga dengan bentuk love dan sebatang lilin putih untuk mati lampu.  Love you so much gengs....
Terlepas dari tragedi ulang tahunku (tragedi?), tragedi lainnya dalam KKN tahap 2 ini adalah acara kabur dari posko. Aku mengajak Mput untuk pergi ke Waduk Situ Bolang. Semua ini kulakukan untuk melepaskan kejenuhan pembutaan laporan. Sesungguhnya tidak ada apa-apa di tempat itu, kecuali kedamaian. Ya, kedamaian yang menentramkan hati. Kita bisa melihat segala sesuatunya secara luas. Aku merenung. Tuhan membawaku untuk mengunjungi tempat ini dan menyaksikan keindahan alamnya secara langsung. Sejenak, aku merasa bahagia. 
 
Setelah menyelesaikan program KKN, kelompok kami berencana untuk liburan. Asik liburan...Kau tahu kita berlibur kemana? Kita ke Karang Song, Hutan Mangrove. Di tempat ini, untuk pertama kalinya aku naik perahu, hahay duduk di atas air, bahagianya. Tempat wisata ini sangat menarik bagiku, menjelajahi mangrove, menelusuri pasir pantai dan deburan ombak. Tak luput, kuabadikan momen di tempat ini bersama mereka. Ah, rasanya tak ingin beranjak dan aku merindukan tempat ini. Aku ingin kembali ke tempat ini. Di tempat ini pula peristiwa naas terjadi kepada salah seorang teman kelompok kami, kunci motornya hilang. Hasilnya, kami pulang malam dan aku? Aku menjadi Iron Man (Menjadi pusat perhatian setiap mata memandang) dan disaat seperti ini, ketika kami sedang berhenti tiba-tiba ada orang gila tanpa busana datang, serentak kami langsung berlari menjauhkan diri dan aku berjuang sekuat tenaga untuk bisa berlari dengan kostum Iron Man. Lantas aku berpikir, apakah aku sama seperti orang gila? Oh tidak tentunya, pikiranku masih waras ya teman walaupun saat itu aku menggunakan kostum super hero. Alhamdulillah kami semua pulang dengan selamat dengan muka hinyai (Muka kucel dengan kondisi tubuh yang lelah, letih, lesu, lemah, lunglai). Saat itu juga kami harus mempersiapkan acara penutupan di balai desa. Huft, huft, huft. Dengan muka hinyai pula aku menjadi pembawa acara bersama dengan temanku, Desyam. Sesungguhnya, aku sangat ngantuk saat membawakan acara penutupan itu. Kegiatan KKN telah ditutup, waktu kami di Cikedung telah usai. Aku sedih melihat anak-anak menangisi kepulangan kami. Tetapi, aku tidak bisa menangis, air mataku tidak mau mengalir saat itu, kemanakah air mata ini? Kupeluk mereka karena pelukan dapat memberikan ketenangan. Iin, Patric, Nina, Selvi, Silvi, Meli dan ah aku lupa lagi dengan nama-nama mereka. Semoga kemudahan selalu menyertai mereka untuk tetap menuntut ilmu. Oh iya, aku teringat sesuatu untuk pertama kalinya aku terkena tilang dalam masa-masa KKN ini (Jangan mengendarai motor tanpa SIM, kecuali kepepet. Hehehe). Mungkin kau masih berpikir tentang kostum Iron Man. Akan kujelaskan. Perlengkapan kostum itu bisa dengan mudah kau dapatkan. Pakai saja helm di kepala dan bagian sayap motor Honda Repsol di badanmu.

Akhirnya KKN telah usai tapi benar-benar belum selesai.
Beberapa hari setelah pulang dari KKN, aku memutuskan untuk pergi ke Bandung menyelesaikan laporan yang belum selesai. Perjuangan tahap 2 telah dimulai. Saat di Bandung kami foto studio dan makan bersama di Ciwalk, ngehedon ceritanya. Kami juga karaoke bersama. Hari itu aku merasa sangat bahagia. Berbeda dengan pepatah pada umumnya,
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersenang-senang dahulu
Bersusah susah kemudian.
Kebahagiaan itu telah hilang saat masa-masa bimbingan laporan. Tak pernah terbayang akan jadi seperti ini pada akhirnya...aku terjerat dan terperanjat dalam dunia laporan pelaksanaan. Tuhan, rasanya ingin teriak sekencang-kencangnya. Aku mencoba bertanggungjawab dengan tugasku sebagai sekretaris, menyelesaikan laporan dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Ternyata laporan tersebut harus melalui proses bimbingan yang begitu melelahkan. Aku harus datang lebih awal ke LPPM, menunggu dengan penuh kesabaran dalam antrean panjang di LPPM, menahan lapar yang berkelanjutan, siap pulang petang, dan tak ada kehadiran teman kelompok  yang menjadi pelengkap kepedihan ini (Aku iri melihat orang lain ditemani oleh teman kelompoknya). Mungkin, ini adalah motivasiku untuk keluar dari grup, hahaha. Da akumah apa atuh? Cuma serpihan kode. Kepedihan tidak hanya itu, hadirnya revisi setelah bimbingan bagaikan lelaki idaman yang senantiasa dimimpikan siang dan malam. Saat kubuka mata, langsung teringat revisi laporan. Keesokan harinya aku harus melanjutkan bimbingan dengan ketabahan hati untuk menunggu antrean untuk menjadi pejuang laporan, untuk mendapatkan tandatangan di lembar pengesahan.
Selama proses bimbingan aku bertemu dengan, sebut Saja ‘J’. ‘J’ yang sudah punya monyet. Ah sudahlah aku tidak akan membahas tentangnya. Hadirmu bagai pelangi, sesaat dan aku tersesat sampai waktu itu. Sekarang? Aku tidak lagi tersesat hanya saja merasa zonk. Tidak ada perjuangan yang sia-sia semuanya terbayar dengan tandatangan Kepala Pusat Pemberdayaan Masyarakat, Kewirausahaan, dan Pengembangan KKN. Kebahagiaan yang menggebu-gebu. Akhirnya, buah dari kesabaran, laporan beres. Alhamdulillah. Aku yakin, laporan ini selesai dengan doa yang kalian panjatkan dalam diam.
Aku merasa beruntung memiliki sahabat yang dengan setia menemaniku. Merekalah yang selalu ada disaat-saat getir seperti ini. Walau kita berbeda kelompok tapi karena posisi kita sama di KKN akhirnya kami memutuskan untuk mengerjakan revisi laporan bersama. Kamarku menjadi markas untuk sesi curhat-curhatan tentang apapun, mungkin juga gibah yang ditemani sebungkus keripik pisang dan biskuit selai kacang dengan lantunan lagu melow “Dia-Anji dan Pelangi-Hivi”. Mereka adalah Cici dan Iis namun aku lebih sering memanggilnya Wa Iis dan Ceceu. Miss you gais..love CIYUS (Cici, YUyun, iiS). Karena kami sering sekali bersama, di kelas kami dijuluki Tiga Serangkai. Kalian adalah terbaik. Pada akhirnya, kalian menjadi tempat pulang bagiku.

Semua kisah yang kutulis ini adalah rindu. Semua yang telah dilakukan akan menjadi kenangan dan berubah menjadi rindu. Kebersamaan dengan kelompok KKN pun menjadi rindu. Semakin banyak peristiwa yang kulalui, semakin banyak pula rindu yang kutitipkan dan kutanggung dalam perasaan. Kita yang tak pernah berencana untuk menjadi teman tapi Allah menginginkan semua ini. Kita yang tak pernah berjanji untuk saling bertemu tapi Allah memberikan sesuatu yang berarti bagiku untuk mengenali satu per satu di antara kalian dan aku belajar banyak hal dari perjumpaan ini. Setelah ini aku selalu berdoa agar aku dipertemukan dengan orang-orang baik lainnya, seperti mereka di mana pun aku berada. Terima kasih telah memberiku banyak hal.

Tulisan ini adalah kisahku. Kisah yang kutulis berdasarkan pada sudut pandangku yang mungkin berbeda dengan sudut pandang dan persespsi kalian. Selamat membaca dan berpikir untuk menerjemahkan kerinduanku yang tak tertuju.

Jaga baik-baik rinduku,
Salam rindu.