Arsip Blog

Sabtu, 01 April 2017

Resensi Novel



3
Judul                           : Sang Alkemis
Penulis                         : Paulo Coelho
Alih Bahasa                 : Tanti Lesmana
Penerbit                       : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit                : 2005
Tebal Buku                  : 216 halaman

            Resensi buku fiksi kali ini menceritakan sebuah perjalanan dari seorang tokoh bernama Santiago. Ada hal yang sama antara Aku dan Santiago, kita sama-sama mendambakan Piramida-Piramida, Mesir (hehehe). Novel yang bertema perjalanan memang selalu menarik untuk dibaca dan dibahas, terlebih perjalanan yang dimaksud dalam novel ini adalah perjalanan tentang kehidupan manusia. Tidak sekadar bercerita bertemu dengan orang-orang baru dalam perjalanannya, tetapi lebih dari itu bahwa perjalanan yang dilakukannya penuh dengan kebermaknaan. Setiap kata-kata yang dituliskan membuat renungan tersendiri bagi pembaca.
            Perjalanannya yang dilakukan oleh Santiago tersebut bermula dari sebuah mimpi. Ya, berawal dari mimpi itulah kehidupannya dipertaruhkan. Berjumpa dengan perempuan Gipsi, lelaki yang mengaku Raja, dan seorang alkemis. Sosok Santiago merupakan cerminan manusia pada umunya yang hidup di antara pilihan-pilihan dan berakhir pada keputusan. Dalam novel tersebut, pembaca seolah-olah ikut berpetualang bersama dengan tokoh utama sehingga selalu penasaran dengan peristiwa-peristiwa yang akan dilalui berikutnya. Seperti halnya kehidupan manusia yang penuh dengan misteri dan selalu membuat penasaran.
            Inti dari kisah yang sarat makna tersebut bahwa sesungguhnya Allah senantiasa memberi tanda-tanda kepada manusia melalui segala yang diciptakan-Nya dan bukan perkara yang mudah untuk menerjemahkan setiap tanda-tanda tersebut. Meskipun tanda-tanda itu adalah sesuatu hal yang biasa, yang sering terjadi dalam hidup kita. Akhirnya, setiap kepergian yang kita lakukan adalah untuk menuju kembali ke awal, seperti bentuk bumi yang bulat dan karena semua yang ada di bumi telah Tuhan berikan perannya masing-masing.
            Novel yang menarik dan sangat direkomendasikan kepada pembaca yang menginginkan bacaan yang lebih dari sebuh bacaan. Jangan ragu untuk membacanya dan jangan ragu untuk membuat keputusan.

Selasa, 28 Maret 2017

Resensi Novel



1

Judul                           : Layla & Majnun
Penulis                         : Nizami
Penerjemah                  : Nina Artanti R.
Penerbit                       : Mutiara Media
Tahun Terbit                : 2009
Tebal Buku                  : 191 halaman

            Nyepi hari ini, ditemani dua buku yang sangat menarik membuatku tidak merasa sepi lagi. Ok, buku yang pertama berjudul Layla & Majnun. Pertama kali menemukan buku ini di deretan rak perpustakaan, tentu sangat menggetarkan jiwa. Wah, sebuah kisah klasik. Tanpa berpikir panjang, aku langsung membacanya. Satu hal yang membuatku terus dan terus membaca buku ini sampai akhir yaitu rasa penasaran dengan kisah yang sebenarnya antara Layla dan Majnun. Entah penghayatanku yang kurang terhadap buku tersebut atau mungkin alasan lainnya. Selesai membaca buku ini, aku mulai bertanya, “Apa itu perjuangan?”. Tidak ada aksi heroik bak pangeran. Mungkin aksinya lebih dari heroik dalam buku ini.
            Sekarang ini, apakah setiap perempuan merasa bahagia mendapatkan sebuah puisi dari seorang laki-laki? Itulah cara yang dipilih Qays (Majnun) dalam mengungkapkan rasa cintanya pada Layla. Pada saat itu, nampaknya cinta terlalu konyol untuk sebatas puisi dan syair sehingga Majnun memilih mengasingkan diri ke hutan sembari terus mendendangkan syair dan puisi-puisi cintanya untuk Layla. Majnun lebih memilih untuk menceritakan kepedihan hatinya pada semesta. Hanya satu hal yang ia sadari bahwa perasaan cintanya itu datang dari Allah dan Majnun betul-betul memasrahkan perasaan tersebut pada Tuhannya.
            Bagaimana dengan perasaan Layla? Layla juga mencintai seorang Majnun dalam hati. Ya, cukup di dalam hatinya, hanya Layla dan Allah yang mengetahui akan hal itu. Sebagai perempuan, Layla menyimpan perasaan cintanya dengan sangat rapi dalam jiwanya. Tentu saja itu bukan perkara yang mudah, mencintai orang yang paling dibenci oleh keluarga, kerabat, bahkan sukunya.
            Akhirnya, tiada hal lain yang memisahkan mereka, selain kematian. Majnun merelakan dirinya menjadi sebuah lilin yang perlahan membakar habis dirinya. Majnun yang merelakan dirinya menyirami benih-benih cinta yang ditanam oleh Layla dengan air matanya. Sebab, keduanya rela perasaan cinta ini datang dari Tuhannya.

2

Judul                           : Batas Antara Keinginan dan Kenyataan
Penulis                         : Akmal Nasery Basral
Penerbit                       : Qanita
Tahun Terbit                : 2010
Tebal Buku                  : 306 halaman

            Buku yang kedua menceritakan sebuah kisah perjalanan yang begitu menyenangakan dari tokoh bernama Jaleswari. Begitu banyak hal-hal menarik yang ditemukan dalam novel ini. Ya, petualangan memang selalu menarik untuk diceritakan. Aku sangat suka dengan karakter tokoh Jaleswari yang begitu kuat, tangguh, pemberani, dan cukup humoris.
            Tema utama yang diusung dalam novel ini tentang pendidikan, tepatnya sebuah sekolah di daerah Ponti Tembawang, Kalimantan, yaitu daerah perbatasan Indonesia-Malaysia. Permasalahan pendidikan benar-benar kompleks di daerah tersebut. Akibatnya pengetahuan dan rasa nasionalisme masyarakat setempat pun masih sangat rendah sekali. Mereka lebih memilih anaknya untuk berladang dan berbuburu daripada sekolah. Mengirim anak gadisnya bekerja menjadi TKW di Malaysia. Mengkonsumsi produk-produk negera tetangga di negeri sendiri karena produk dalam negeri lebih mahal. Menjual hasil panen ke negera tetangga dan memegang dua mata uang sekaligus. Mirisnya, mereka tidak tahu cara mengibarkan bendera Merah-Putih sebagai bendera negera mereka sendiri.
            Sangat disayangkan, akhir ceritanya terlalu dipaksakan. Semua konfliknya selesai begitu saja. Akan tetapi, banyak hal yang bisa kita jadikan pelajaran hidup dari novel ini. Membuka pikiran dan wawasan pembaca bahwa sebuah batas itulah yang sebenarnya tak terbatas. Mendobrak pikiran kita yang masih terbatas tentang Indonesia.

Salam Literasi!