Arsip Blog

Sabtu, 19 November 2016

SEBUAH PERJALANAN



SEBUAH PERJALANAN
oleh Yuyun Yulyanti*

            My Trip, My Adventure”... Ah klasik, ganti deh. “My Trip, Lillahitaala”. (Sok asik nih, biarin yang penting bahagia, hehehe). Kali ini, aku akan menulis sebuah perjalanan singkat yang begitu menyenangkan. Jika di instagram banyak anak muda yang mengunggah foto mereka dengan caption “Nak, ini foto ibumu waktu muda”, nah aku mencoba untuk menanamkan keilmiahan kepada bakal calon anakku kelak dengan caption “Nak, ini tulisan ibumu waktu mahasiswa saat melakukan perjalan”. Edasss, padahal mah tulisan yang kubuat ini memiliki kadar keilmiahan 0%. Maksudku, alasan perjalanan inilah yang ilmiah. Hehehe... Ketika banyak orang lain berjalan ke kanan, aku lebih memilih ke kiri. Entah mengapa aku lebih suka berbeda dengan yang lainnya. Berdasarkan hal itu pula, pikiranku terkadang jadi liar. Tetapi aku tetap normal sebagai seorang perempuan yang penuh dengan kelembutan.
            Berawal dari kegundahan hati dan perasaan seorang anak yang ingin membuat orang tua wabil khusus mamahku bahagia. Hingga saat ini, alasan terkuat untuk tetap bertahan dari segala godaan dan fitnah dunia (e buset dah, sa ae lu tong) adalah seorang mamah yang membuatku semangat untuk berprestasi. Aku mencari-cari info lomba di internet sampai akhirnya kutemukan info lomba yang menarik, lomba tulis esai. Ok, fighting!!! H-1 jam baru kukirim abstrak ke surel panitia. Lahaula wala kuwata illabillah.
            Jeng-jeng, you know what? Abstrak yang kutulis ternyata masuk 100 besar. Alhamdulillah. Harus tanggung jawab nih. Tunggu, tanggungjawab kepada siapa? Kepada diri sendiri tentunya. Bukankah setiap tulisan harus kau pertanggungjawabkan? Saat itu pula, rasa hoream datang menghampiri pikiran yang begitu kacau. Kau tahukan, aku ini mahasiswa tingkat akhir yang sedang berusaha sekuat jiwa dan raga untuk membuat proposal skripsi. Tak hanya itu, sebagai mahasiswa yang mengambil peminatan Jurnalistik, aku juga sedang melalui tahap pengujian fisik dan mental melalui tugas yang warbiyasah, 13 opini, 4 feture, 6 berita, pendampingan pembuatan buletin sekolah, dan kunjungan ke penerbit. Tuhan, betapa romantisnya tugas kuliahku. Terlintas dalam pikiranku untuk tidak melanjutkan pengiriman naskah esai lengkap karena ya rasa malas itu. Setelah dipikir-pikir lagi ya sayang juga sih, aku memang penyayang orangnya (promosi nih ceritanya). Akhirnya, The Power of Kepepet naskah esai lengkap selesai juga setelah bimbingan dengan dosen pembimbing dan siap dikirim ke panitia. Lahaula wala kuwata illabillah again.
            Kau pasti penasaran ya dengan esai yang kukirimkan? Ok, sedikit akan kusinggung ya. Aku membahas pembelajaran mendongeng cerita rakyat nusantara dengan media KARICA (boneka jari asal perca). Harapannya, semoga, aku bisa menjadi pendongeng yang baik untuk anak-anakku kelak, ya anak-anak kita. Hah, kita? Ambigu nih kalimat. Ya, intinya aku akan menjadi ibu yang senantiasa memberikan dongeng kepada anak-anaknya. Penasaran dengan esai yang telah kubuat? Diskusikan saja secara langsung ya karena aku tidak ingin membahasnya di sini.
            Setelah menunggu beberapa hari, dunjreng.... esaiku masuk 10 besar.... Alhamdulillah. Bingung dan gak tahu harus bagaimana. Akhirnya, panitia menghubungiku untuk tahap selanjutnya. Ternyata, sebagai finalis yang masuk 10 besar, aku harus mempresentasikan esaiku itu dalam acara grand final. Artinya, aku harus pergi ke Semarang. Pergi ke Semarang? Pergi sama dengan transportasi. Transportasi sama dengan tiket. Tiket sama dengan uang. Wah, kalo masalah uang harus diperhitungkan matang-matang. Melihat baiaya transportasi dan akomodasi selama kegiatan, ah sudahlah lebih baik mengundurkan diri saja. Ya, mengundurkan diri menjadi pilihan terbaik. Tak apa, mungkin belum waktunya untuk menjadi pemenang. Sedih? Ya, sesaat saja sedihnya. Lebih sedih melihat kau bersamanya (dasar baper nih orang). Tiba-tiba panitia menghubungi kembali untuk menginformasikan kelonggaran waktu pembayaran. Kebimbangan pun menghampiri dan menghantui. Kuputuskan untuk menghubungi pihak departemen untuk pengajuan permohonan dana. Ya, tak ada salahnya mencoba dan memang tak salah. Pihak departemen siap membiayai. Alhamdulillah ya Allah. Sekalipun manusia berpikir dan berkata “tidak”, tapi jika Allah sudah menakdirkan “iya” akan lain lagi ceritanya. Berdasarkan hal itu, aku belajar bahwa keikhlasan itu ya sepasrah-pasrahnya, dalam arti kita memang sudah berusaha dan benar-benar memasrahkan semuanya kepada Allah. Apapun yang terjadi, ya pasrahkan saja sama Allah.
            Setelah uang terkumpul, tinggal minta izin ke mamah untuk pergi ke Semarang. Bak petir di siang bolong saat mamah tidak mengizinkanku untuk pergi sendirian. Mah, aku di sini sudah berjuang, tapi tanpa restu mamah semuanya zonk. Tunggu, aku belajar bahasa, bahasa itu alat. So, berbahasa yang santun dan baiklah untuk mengutarakan maksud dan tujuan yang jelas ditambah dengan sedikit rayuan (tanpa gombal ya). Alhamdulillah, mamah mengizinkanku pergi meski kecemasan dan kekhawatiran akan menyelimuti hati mamah melihat anak perempuannya pergi jauh sendirian. “Mah, bumi Allah itu luas. Ketika kita baik, orang lain juga pasti akan baik sama kita.” ucapku meyakinkan Mamah. Aku teringat akan hipotesis Saphir-Worf dengan bahasa dan pikirannya. Jika dikaitkan dengan perasaan, tentu kita pernah sedih, senang, kecewa, marah, cinta, benci, sayang, bahkan baper karena sebuah perkataan/ujaran. Perkataan/ujaran tersebut adalah sebuah bahasa. Betapa dahsyatnya bahasa dalam kehidupan kita.
            Masalah tak hanya selesai sampai di sini, mendadak ada perubahan jadwal dari panitia. Awalnya selesai kegiatan itu hari senin, ternyata hari minggu acara sudah selelsai dan tiket pulang sudah kupesan. Tuhan..... Ok, cari sisi positifnya. Mencoba untuk menukar jadwal keberangkatan dan ternyata harganya sangat mahal sekali. Its Ok.  I’m fine. Aku yakin tak sendiri di sana.

11 November 2016
            Bermodalkan doa mamah dan keberanian yang hakiki aku berangkat menuju Semarang. Pertama kalinya naik kereta api dan super duper panik takut salah naik kereta. Satu gerbong tersebut kebetulan dominan laki-laki, mahasiswa salah satu institut negeri yang begitu terkenal di Bandung. Obrolan mereka itu mulai dari OPEC, pertambangan, fisika, minyak, perusahaan, bla bla bla. Aku memilih diam dan menjadi pendengar setia. Meski aku merasa tidak nyaman karena aku perempuan sendiri saat itu. Terlebih jika mereka sudah bermain kode-kodean entah apa maksudnya dan seketika mereka tertawa. Ah menyebalkan...
Beberapa stasiun sudah kulewati dan sampai juga di Staisun Semarang Tawang...
            Semarang, aku datang.......
            Bertemu dengan orang-orang baru, ada yang dari Solo, Bali, Semarang, Malang, Yogyakarta, Medan, Kudus, dan aku lupa dari daerah mana lagi. Berjumpa dengan mereka adalah hal luar biasa dalam hidupku. Dengan tujuan yang sama, semangat yang menggebu-gebu, dan ya, kami adalah seorang MAHASISWA.

12 November 2016
            Saat-saat menegangkan untuk presentasi esai. Bismillah... aku beusaha untuk memberikan yang terbaik dari mereka yang paling terbaik. Saat itu pula, pengumuman langsung diinformasikan. Aku tidak keluar menjadi seorang juara. Sedih dan kecewa? Ya, tentu saja karena aku manusia biasa. Namun, satu hal yang membuatku kuat bahwa aku telah berhasil keluar dari zona nyamanku sampai hari itu. Untuk bisa hadir dan bertemu orang-orang hebat aku harus meluangkan waktu untuk berpikir, mencari ide-ide kreatif, menulis, dan bersaing dengan yang lainnya. Bersyukur dan tetap semangat untuk berprestasi karena aku telah bersungguh-sungguh dalam membuat sebuah pengalaman. Disetiap pijakan kaki ini, maka setiap itulah kita bisa belajar.

Field Trip
            Acara tambahan yang teramat menyenangkan. Mengunjungi beberapa tempat wisata bersama peserta lainnya. Menyaksikan keindahan yang Allah ciptakan. Kunjungan yang pertama adalah ke Sam Poo Kong. Sam Poo Kong itu klenteng yang digunakan sebagai tempat ibadah dan ziarah orang Kong Hu Chu. Bangunan di tempat ini bernuansa merah dan indah sekali. Gerbangnya sangat tinggi dan besar. Aku ingat, dulu waktu kecil pernah membaca artikel Sam Poo Kong di majalah kesukaanku, Bobo dan beberapa waktu lalu aku menapakkan kaki di tempat itu. Sungguh, aku tak pernah berpikir untuk pergi kesana, apalagi merencanakannya. Rencana Allah memang tidak pernah kita tahu dan Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. Kunjungan yang kedua yaitu Lawang Sewu. Tuhan, indah sekali bangunannya. Klasik dan cantik. Rasanya ingin kembali lagi mengunjungi bangunan tua yang dibangun oleh Belanda tersebut. Kunjungan yang terakhir adalah di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Tempat yang paling indah dan akan selalu indah. Bahagia sekali rasanya. Kau tahu? Aku berasa di Makkah, hal itulah yang membuatku benar-benar takjub. Betapa bahagianya ketika seorang muslim mengunjungi Baitullah. Aku berada di tempat yang mirip saja sudah merasa terkagum-kagum dengan keindahan yang Allah ciptakan. Di tempat ini aku melihat Mushaf Al-Quran yang sangat besar. Ya, besar sekali yang disimpan di dalam masjid. Di tempat ini juga ada ketenangan, kedamaian, dan kehusyukan dalam doa. Terima kasih ya Rabb atas nikmat yang begitu indah yang telah Kau hadirkan dalam hidupku.

14 November 2016
            Presentasi sudah, jalan-jalan sudah, dan saatnya pulang menyelesaikan sesuatu yang belum selesai. Oh iya, sehari sebelum aku pulang ternyata Bandung hujan deras, banjir terjadi di beberapa lokasi di Bandung termasuk Stasiun Bandung. Ya Allah, inilah alasan perubahan jadwal kegiatan yang berakibat pada kepulanganku pada hari senin yang seharusnya hari minggu. Allah punya takdir dan rencana lain untukku. Jika aku pulang minggu dan sampai Bandung senin, aku tidak tahu apa yang terjadi di stasiun saat itu. Allah telah mengamankanku dengan cara yang sangat romantis. Aku malu karena sempat terlintas di benakku berpikir buruk dengan perubahan jadwal ini. Dan ternyata, dosen yang berencana masuk kuliah hari senin, tiba-tiba saja membatalkan. Alhamdulillah ya Allah, aku pulang dengan selamat, sehat, lapar, dan bahagia.
            Ada yang lupa untuk kuceritakan, saat posisiku masih di Semarang tiba-tiba saja pihak departemen meminta kepada mahasiswa semester 7 untuk mengajukan tempat PPL dan harus hari itu juga. Masya Allah... pasrah deui wae iue mah daks. Untung saja, bisa diwakilkan. Dengan kabaikan hati Ceceu, akhinya aku terselamatkan (nuhun ceu, didoakeun ku nok, mudah-mudahan jodoh sareng Si Eta nya, disebutkeun moal yeuh...pokokna mah terbaik kangge ceceuku). Kau tahu kawan? Ketika aku membawakan oleh-oleh untuk kalian bukan berarti aku banyak uang, tapi begitu banyak kebaikan, dukungan, dan doa yang telah kalian berikan kepadaku dalam perjalanan ini. Pokoknya, aku sayang kalian DIK CIYUS dan Gengstoks. Terima kasih juga untuk seorang Silfiani, atas kebaikan tempat singgah yang diberikan untukku, sukses selalu ya Say. Aku yakin kau selalu jadi yang terbaik. Terima kasih telah mengenalkanku pada Gongso (makanan khas Semarang, cara pembatannya seperti seblak tapi beda bahan dan rasa).
            Semarang, bagiku adalah harapan. Ya, aku punya dua harapan di tempat itu. Jika Cinta dan Rangga telah melewati ratusan purnama, maka aku telah melewati ratusan jarak yang telah kutempuh bersama harapan. Yang kubawa itu bukan batu, pasir, atau kerikil dan memang hanya harapan, tapi berat sekali rasanya. Ya, memang tidak baik menggantungkan harapan kepada makhluk karena sebaik-baik pengharapan hanya pada Allah pemilik setiap harapan ini. Sekarang, Semarang tak lagi harapan, tetapi kenangan, kerinduan, keramahan, kesederhanaan, dan doa. Doa yang kupanjatkan untuk keselamatan dan kebahagianmu di Semarang. Cukup sampai di sini masa pengharapanku, selebihnya aku telah menyerahkan harapan ini pada pencipta-Mu.

PS: Aku butuh teman untuk perjalanan selanjutnya, hehehe.

*dokumentasi perjalanan bisa dilihat di instagram yun_yulyanti

20-11-16